SEKILAS TENTANG ETILENA

Penulis: Lilis Marwiani

Setiap tahun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan membuat Laporan Tahunan tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diantaranya terdapat laporan Realisasi Impor B3 dari perusahaan importir maupun produsen yang melaksanakan kegiatan impor B3. Laporan ini terkait dengan kewajiban Kegiatan / Usaha yang mendatangkan B3 dari luar negeri wajib melakukan registrasi terhadap B3 tersebut ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan selanjutnya diwajibkan melaporkan B3 yang didatangkan /diimpor tersebut. Dari laporan realisasi impor ini selanjutnya dilakukan kompilasi untuk mengetahui dengan jelas B3 apa saja yang banyak didatangkan dari Negara lain ke Indonesia serta bagaimana penyebarannya dan penggunaannya serta dapat dipergunakan sebagai data dalam pengambilan kebijakan terkait pengelolaan B3.

Berdasar Laporan Tahun 2017 yang merupakan data realisasi impor tahun tahun 2016 bahwa Etilena merupakan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang banyak diimpor ke Indonesia menempati urutan pertama dari sepuluh jenis B3 lainnya seperti dengan Nitrogen dan Etilen Glikol, adapun urutan selengkapnya sebagaimana berikut ini :

Tabel 1. 10 Jenis B3 terbanyak diimpor berdasar realisasi Impor 2016 yang dilaporkan tahun 2017.

Bila digambarkan dalam bentuk grafiknya sebagai berikut :

Gambar 1. Grafik 10 B3 Terbnyak Diimpor Tahun 2016 yang dilaporkan 2017Sumber : KLHK, Direktorat Pengelolaan B3, Tahun 2017

Sumber : KLHK, Direktorat Pengelolaan B3, Tahun 2017

Etilena banyak diimpor dari Negara Arab Saudi disusul dari Australia, Belanda, Belgia, Italia, Malaysia, Portugal, Singapura, Taiwan, Thailand dan Uni Emirat Arab. Adapun Pelabuhan bongkar yang banyak dilalui untuk impor Etilena ini adalah Pelabuhan Merak yang rata-rata merupakan pelabuhan milik perusahaan importir ataupun produsen atau industry manufaktur seperti yang dilakukan oleh PT. Styrindo Mono Indonesia, PT. Asahimas Chemical, PT. Lotte Chemical Titan Nusantara, PT. Sulfindo Adiusaha (hasil inventarisasi KLHK Tahun 2016 dan 2018).

Etilena diimpor pada umumnya dengan menggunakan moda transportasi kapal (shiping) dalam fase gas atau cair dengan sandar di pelabuhan / dermaga setempat selanjutnya dipindahkan melalui perpipaan langsung menuju tanki penampungan.

                

Gambar 2. Tanki Penampungan Etilena

Sumber : Hasil Inventarisasi KLHK, 2018

Penggunaan Etilena oleh perusahaan tersebut diantaranya untuk pembuatan Etilen diklorida (EDC), Vinil Klorida Monomer (VCM), Polivinil Klorida (PVC), Polietilena, Etill Benzene dan Styrene monomer. Akan tetapi produksi terbesar dari perusahan tersebut adalah untuk menghasilkan PVC dengan melihat peluang pasar akan kebutuhan PVC.

Kebutuhan PVC di Indonesia semakin meningkat seiring dengan kemajuan dan perkembangan pembangunan yang ada saat ini, terutama pembangunan properti kebutuhan akan bahan bangunan dan pendukung sangat besar termasuk penggunaan PVC. Kebutuhan PVC ini meningkat sejak tahun 2003 yaitu 350.000 ton per tahun dan naik menjadi 400.000 ton per tahun pada tahun 2006 dan pada tahun 2014 kembali meningkat kebutuhan PVC menjadi 716.130 ton per tahun ( Sumber : Laporan Market Intelligence tentang Perkembangan Industri PVC Resin di Indonesia Tahun 2007 dan MARS : Prospek Industri Barang Plastik dari Industri Peralatan Rumah Tangga sampai Mainan Anak, Tahun 2015 ), tentu saja hingga tahun 2018 masih tetap meningkat seiring dengan adanya perkembangan penduduk dan kebutuhan akan papan /perumahan.

Walaupun bila dibandingkan dengan negara-negara di dunia tingkat konsumsi plastik PVC di Indonesia pertahun sekitar 1,45 kg per kapita (data tahun 2007) masih rendah, hanya sedikit lebih tinggi dibanding negara-negara miskin di Afrika. Angka ini masih 4 kali lebih rendah dari Thailand (5,97 kg per kapita) dan 7 kali lebih rendah dibandingkan Malaysia (10,4 kg per kapita) (data tahun 2004). Dan tingkat konsumsi plastik PVC tertinggi adalah di Eropa Barat (14,1 kg per kapita) dan Amerika Serikat (15,5 kg per kapita) (data tahun 2004). Sementara tingkat konsumsi plastik jenis lain di negara-negara tersebut kurang lebih proporsional dengan tingkat konsumsi PVC tersebut.

Dari data inventarisasi yang dilakukan oleh KLHK tahun 2018 pada 2 produsen PVC yang menggunakan bahan baku etilena impor adalah PT. Asahimas Chemical dan PT. Sulfindo Adiusaha menghasilkan PVC dengan kapasitas produksi keseluruhan per tahun mencapai 670.000 ton dan terdapat industri lain yang menggunakan bahan baku etilena adalah PT. Lotte Chemical Titan Nusantara sebagai produsen Polyethylene berupa HDPE dan LLDPE dengan kapasitas produksi per tahun masing-masing 250.000 ton dan 200.000 ton.

Adapun alur proses pembuatan PVC dari Etinena adalah berikut ini :

Selain untuk memproduksi PVC, etilena juga digunakan untuk memproduksi Styrene Monomer dengan mereaksikan antara etilena dan benzena, produksi ini dilakukan oleh PT. Styrendo Mono Indonesia dengan kapasitas produksi mencapai 340.000 ton per tahun (data Inventarisasi KLHK Tahun 2016), merupakan produsen styrene monomer satu-satunya di Indonesia dengan menggunakan bahan baku etilena yang diperoleh dari lokal yaitu dari PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk.

Mengenal lebih dekat tentang Etilena

Etilena atau disebut juga Etena atau ethene merupakan senyawa alkena yang terdiri dari dua atom karbon dan empat atom hidrogen dimana atom atau ethene karbon terhubung dengan ikatan rangkap. Etilena merupakan hidrokarbon tak jenuh atau disebut juga olefin.

Etilena secara alami merupakan hormon tumbuh dari hasil metabolisme normal dalam tanaman, diproduksi dari tumbuhan tingkat tinggi dari asam amino metionin yang esensial pada seluruh jaringan tumbuhan. Produksi etilena bergantung pada tipe jaringan, spesies tumbuhan dan tingkat perkembangan.

Etilena pada umumnya digunakan dalam pemeraman buah agar cepat matang dan untuk merontokkan daun, dapat digunakan juga untuk menghambat proses pembentukkan batang, akar dan bunga, namun dapat merangsang pembentukkan bunga bila bersama hormon lainnya yaitu hormone auksin (Crocker, W. Hitchcock, A.E, and Zimmerman,P.W, 1935).

Pada zaman Mesir kuno, etilen telah digunakan untuk menstimulasi pematangan buah, dan dari sejarah menemuan yang lain etilena terdapat dan digunakan pada beberapa aktifitas seperti berikut :

Zaman Cina kuno, etilen digunakan untuk pematangan buah pir dengan cara memberikan gas etilen pada pir dalam ruangan tertutup

Tahun 1864, lampu jalan raya ternyata mengeluarkan gas yang dapat membuat akar mengecil dan merusak pertumbuhan

Tahun 1901, ilmuwan Rusia, Dimitry Neljubow menemukan bahwa senyawa aktif tersebut dalah etilen

Tahun 1917, ilmuwan bernama Doubt menemukan bahwa etilen dapat menyebabkan absisi(kerontokan)

Tahun 1934, ilmuwan bernama Gane menemukan penjelasan mengenai sintesis etilen oleh tanaman

Tahun 1935, Croker menemukan bahwa etilen merupakan hormon tumbuhan yang berperan dalam pematangan buah dan penghambatan jaringanvegetatif

Sekarang, etilen banyak digunakan untuk berbagai tujuan

Dalam skala Industri Etilena diproduksi dari industri petrokimia hulu (upstream petrochemical industry), yaitu yang menghasilkan produk petrokimia yang masih berupa produk dasar atau dapat dibuat dari bahan kimia lainnya sebagaimana yang diproduksi oleh Perusahaan Kimia Braskem dari Brazil yang merupakan pabrik pertama di dunia yang berhasil memproduksi etilena dari etanol yang berasal dari gula tebu. Ini merupakan green ethylene yang ditargetkan akan diproduksi 600.000 ton setiap tahunnya. Di Indonesia salah satu produsen Etilena adalah PT. Chandra Asri Petrochemical dengan menggunakan proses Naphtha Cracker dari hasil pengolahan minak bumi seperti naphtha, LPG dan condensatenya dengan kapasitas produksi etilen sebesar 860.000 ton per tahun.

Bagaimana bentuk struktur dan sifat fisik etilena?

 

Struktur Etilena dengan rumus kimia C2H4 atau H2C=CH2 memiliki ikatan rangkap pada Karbonnya dan ikatan tunggal dengan Hidrogen

Sifat Fisik Etilena (C2H4) :

Merupakan gas yang tidak berwarna dan mudah menyala, dengan bau yang manis wangi seperti bunga mawar, dengan Nomor CAS 74-85-1, adapun sifat fisik lainnya dalah sebagai berikut :

Berat Molar : 28.05 g/mol

Bentuk fisik : gas tidak berwarna

Densitas : 1,178 kg/m3 pada suhu 15 °C

Titik leleh : −169.2 °C (−272.6 °F; 104.0 K)

Titik Didih : −103.7 °C (−154.7 °F; 169.5 K)

Kelarutan dalam Air : 3.5 mg/100 mL (17 °C)

Kelarutan dalam Etanol : 4.22 mg/L[2]

Dari MSDS yang diterbitkan oleh PT. Chandra Asri selaku produsen Etilena pada klasifikasi Global Harmony System (GHS) Etilena merupakan Gas yang mudah menyala katagori 1 dan bersifat racun untuk organ tubuh katagori 3.

Pernyataan bahaya : merupakan cairan dan uap yang secara ekstrim mudah menyala, beracun untuk kehidupan di perairan dengan efek jangka panjang, mungkin dapat menyebabkan kanker, mungkin menyebabkan kerusakan genetic, menyebabkan iritasi kulit, mungkin menyebabkan cacat kelahiran, kemungkinan menyebabkan iritasi pada pernafasan.

     


Pictogram simbol bahaya Etilena adalah :

Mudah menyala (flammable) Gas Bertekanan (pressure gas) Iritasi (Irritant)

Tindakan Pertolongan Pertama bila terkena Etilena :

Informasi dampak etilena ke Lingkungan :

Daftar Pustaka :

1.Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.

2.Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun.

3.Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Tahun 2017, Laporan Data Realisasi Impor, Peredaran dan Penggunaan B3 di Indonesia

4.Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hasil Inventarisasi              Peredaran dan Penggunaan B3, Tahun 2016 dan 2018 pada PT. PT. Styrendo Mono Indonesia dan pada PT. Asahimas Chemical, PT. Sulfindo Adiusaha, PT. Lotte Chemical Titan Nusantara

5. PT. Chandra Asri, Tahun, 2015, Material Safety Data Sheet (MSDS atau Lembar Data Keselamatan (LDK) Etilena.

6.Crocker, W., Hitchcock, A. E., and Zimmerman, P. W., Tahun 1935, "Similarities in the effects of ethylene and the plant auxins". Contrib. Boyce Thompson Inst. 7:231-248.

7.Neljubow, D. N. Tahun 1901. "Uber die horizontale nutation der stengel von Pisum sativum und einiger anderen". Pflanzen Beitrage und Botanik Zentralblatt 10:128-139.

8.Doubt, S. L. Tahun 1917. "The response of plants to illuminating gas". Bot. Gaz. 63:209-224.

9.Gane, R. Tahun1934 "Production of ethylene by some ripening fruits". Nature 134:1008.

10.Syahira. Tahun 2009. Kerja gas etilen dalam pematangan buah

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Views: 28224