.:
FORMALDEHIDA (Larutan 37%) :.
[FORMALDEHYDE
(37% Solution)]
Formaldehyde
Rumus Molekul : CH2O
Massa Molekul : 30,03 Dalton
PENANDA PRODUK
NOMOR REGISTER CAS
:
50-00-0
NOMOR HS : 2912.11.00.00 NOMOR UN : 2209
Sinonim dan nama dagang
Oxomethane; methylene oiyde; formic aldehyde; methyl aldehyde; formalin ; Formol; Morbicid; Veracur.
SIFAT KIMIA DAN FISIKA
Keadaan fisik
:
Larutan jernih, tidak berwarna, berbau tajam dan menimbulkan nafas tercekik
Titik didih
:
-98°C , pada 760 mmHg
- Titik nyala
:
83°C
Berat jenis
:
1,081-1,085
Indeks Bias
:
1,3746, pada 20°C
pH
:
2,8 – 4,0
Kelarutan
:
Larut sempurna dalam air, alkohol dan aseton.
ELEMEN LABEL BERDASARKAN GHS
Penanda Produk
:
(mencakup informasi tentang nama senyawa atau komposisi kimia penyusun produk dan/ atau nama dagang serta nomor pengenal internasional seperti Nomor Registrasi CAS, Nomor UN atau lainnya).
Identitas Produsen/Pemasok
: (mencakup nama, nomor telepon dan alamat lengkap dari produsen/ pemasok bahan kimia)
Piktogram Bahaya
:
Kata Sinyal
:
"BAHAYA"
Pernyataan bahaya
:
Cairan dapat terbakar
Kemungkinan korosif pada logam
Toksik jika tertelan
Fatal jika terkena kulit
Menyebabkan luka bakar pada kulit dan kerusakan mata yang parah
Dapat menyebabkan gejala alergi atau gejala asma atau sulit bernafas jika terhirup
Dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit
Dapat menyebabkan kerusakan genetik
Dapat berakibat fatal jika tertelan dan masuk ke dalam saluran pernafasan
Diduga menyebabkan kanker
Diduga merusak fertilitas atau janin
Sangat toksik bagi kehidupan akuatik
Pernyataan kehati-hatian (hanya memuat sebagian dari pernyataan kehati-hatian yang ada)
:
Jangan lakukan apapun sebelum membaca dan memahami petunjuk keselamatan.
Kenakan sarung tangan/ pakaian pelindung dan pelindung mata/ wajah serta pelindung pernafasan (dalam keadaan ventilasi tidak memadai) sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh produsen/ pemasok atau pihak berwenang yang kompeten.
Dilarang makan, minum atau merokok sewaktu menggunakan bahan ini.
Basuh bagian yang terkena bahan dengan saksama sesudah menangani bahan.
Jangan menghirup debu atau kabutnya.
Jangan sampai terkena mata, kulit atau pakaian.
Pakaian kerja yang terkontaminasi tidak diperbolehkan dibawa keluar dari tempat kerja.
Hindari emisi ke lingkungan
PENYIMPANAN
Simpan dalam kemasan tertutup rapat dan hanya dalam wadah asli serta jauhkan dari nyala api atau permukaan yang panas. Simpan dalam ruangan yang dingin dan berventilasi baik. Pisahkan dari bahan yang tidak boleh dicampurkan.
PENGGUNAAN
Digunakan sebagai desinfektan, cairan pembalsam, deodoran, fiksasi jaringan tubuh. Sebagai desinfektan, sering digunakan untuk membersihkan lantai, kapal, gudang, alat/instrumen serta pakaian. Digunakan sebagai germisida dan fungisida untuk pertanian. Juga digunakan dalam pembuatan alat pembasmi serangga lainnya, pembuatan damarfenol, ester selulosa dan sutra buatan, zat warna, senyawa organik, cermin, kaca, peledak dan untuk memperbaiki daya rekat zat pewarna pada benang serat. Dalam fotografi digunakan untuk memperkeras gelatin.
STABILITAS DAN REAKTIVITAS
Stabilitas
:
Dalam bentuk gas kering, formaldehida monomer anhidrat, relatif stabil pada suhu 80-100
°C, tetapi pada suhu lebih rendah mudah mengalami polimerisasi.
Jika terdapat udara, uap formaldehida teroksidasi menjadi asam formiat. Dalam penyimpanan, terutama jika dingin, mungkin menjadi keruh. Jika menguap pada suhu rendah sebagian uap berubah menjadi trioksimetilen. Sensitif terhadap sinar. Dengan adanya air dalam jumlah sedikit, gas formaldehida secara lambat mengalami trimerase menjadi metaformaldehida.
Peruraian yang berbahaya
:
Jika uapnya dipanaskan akan terurai serta melepaskan uap dan asap yang tajam. Hasil urai pada pemanasan adalah karbon monoksida dan dioksida.
Peruraian yang tidak dikatalisasi sangat lambat pada suhu < 300°C, dengan hasil utama karbon monoksida dan hydrogen. Logam seperti platina, tembaga, kromium dan aluminium mengkatalilsasi pembentukan metanol, metilformat, asam format, karbon dioksida dan metan.
Polimerisasi
:
Formaldehida murni tidak tersedia di pasar karena cenderung mengalami polimerisasi. Biasanya dilarutkan dalam air hingga berkadar 37-50% b/b dengan penambahan metanol untuk mencegah polimerisasi.
Runutan bahan polar seperti asam, alkali dan air mempercepat polimerisasi. Jika larutan formaldehida dalam ampul dipanaskan hingga suhu kamar akan mangalami polimerisasi dengan cepat dengan melepaskan panas.
Polimerisasi dapat dihambat dengan penambahan metanol atau distabilisasi dengan hidroksipropil metal selulosa, logam dan etil selulosa atau isoftalobisguanamin. Polimerisasi dalam air berupa trioksimetilen (hal ini tergantung penambahan metanol). Formaldehida dengan senyawa azo menimbulkan reaksi eksotermik yang mengeluarkan gas N2, panas dan polimerisasi hebat.
Kondisi untuk dihindar
:
Hindarkan dari panas, nyala api, percikan dan sumber api lain. Hindari kontak dengan bahan tidak boleh dicampurkan
Inkompatibilitas
Formaldehida dengan :
:
Tidak boleh dicampurkan (incompatible) dengan asam, basa, bahan pereduksi, logam, garam-garam logam, halogen, bahan mudah terbakar, peroksida, bahan pengoksidasi, halokarbon dan karbida logam.
Asam-asam (anorganik) : Dapat bereaksi dengan larutan formaldehida
Alkali (kuat) : Dapat bereaksi dengan larutan formaldehida
Ammonia : Tidak boleh dicampurkan
Anhidrida : Dapat bereaksi dengan larutan formaldehida
Anilina + asam perklorat : Anilina ditambah asam perklorat, kemudian ditambah formaldehida, menghasilkan produk seperti resin yang dapat terbakar disertai ledakan hebat
Asam peroksiformiat (pekat) : Reaksi oksidasi hebat
Baja : Larutan formaldehida bersifat korosif
Bisulfida : Tidak boleh dicampurkan
Preprarat besi : Tidak boleh dicampurkan
Fenol : Terjadi reaksi polimerisasi disertai peningkatan tekanan secara tiba-tiba
Iod : Tidak boleh dicampurkan
Isosianat : Dapat bereaksi dengan larutan formaldehida
Asam hidroklorida : Dapat membentuk bis(klorometil) eter yang sangat beracun
Hidrogen peroksida : Bereaksi dahsyat
Kalium permanganat : Tidak boleh dicampurkan
Nitrogen dioksida : Bereaksi lambat kemudian meledak pada sekitar 180°C
Nitrometana : Dapat membentuk bahan yang mudah meledak dalam suasana basa
Oksida : Dapat bereaksi dengan larutan formaldehida
Oksidator (kuat) : Bahaya kebakaran dan ledakan
Tembaga : Larutan formaldehida bersifat korosif
Garam tembaga : Larutan formaldehida bersifat korosif
Logam tembaga : Larutan formaldehida bersifat korosif
Urea : Dapat bereaksi dengan larutan formaldehida.
INFORMASI DAN TAKSIKOLOGI
Data Toksisitas :
LD50 tikus – oral 100 mg/kg
LC50 tikus – terhirup 203 mg/m3
LD50 tikus – subkutan 420 mg/kg
LD50 mencit – oral 42 mg/kg
LD50 mencit – intraperitoneal 16 mg/kg
LD50 mencit – subkutan 300 mg/kg
LD50 kelinci – kulit 270 µl/kg
LD50 kelinci – intraperitoneal 3250 mg/kg
LD50 kelinci – subkutan 24 mg/kg
LD50 marmut – oral 260 mg/kg
Data Mutagenik :
Mutasi pada mikroorganisme – Salmonella typhimurium 2000 µmol/L ( +/-S9 )
Sistem pengujian mutasi lainnya – Salmonella typhimurium 19 mg/L
Mutasi pada mikroorganisme – Escherichia coli 100 bpj (-S9), 3 jam
Tes system mutasi yang lain – Escherichia coli 300 µmol/L
Uji reparasi DNA – Escherichia coli 1950 µg/L
Uji pembentukan DNA adduct – Escherichia coli 5 bpj
Uji inhibisi DNA – Escherichia coli 5 mmol/L
Uji kapasitas inhibisi fage – Escherichia coli 25 mg/L
Pertukaran pasangan kromatid (Sister chromatid exchange) – paru tupai 67 µmol/L
Mutasi pada sel somatik mamalia – sel telur tupai 1 mmol/L
Kultur sel bronkhial dan fibroblast manusia digunakan untuk mempelajari kerusakan DNA dan toksisitas.
Data Karsinogenik :
GHS : Kategori 1B
IARC : Grup 2A. (bukti pada manusia terbatas dan bukti pada hewan cukup).
OSHA : Karsinogen.
NTP : Diantisipasi sebagai karsinogen pada manusia.
ACGIH : A2 – Diduga karsinogen pada manusia.
EC : Kategori 1.
TRGS 905 : K3.
Studi epidemiologi dan laporan kasus mengindikasikan adanya banyak kejadian kanker, namun bukti keterlibatan formaldehida paling kuat ialah untuk kanker hidung dan nasofaring. Timbulnya karsinoma sel skuama pada rongga hidung cukup signifikan pada tikus yang terpapar gas formaldehida.
Data Iritasi/Korosi :
2 mg/24 jam, kulit – kelinci, iritasi berat
540 mg, kulit terbuka – kelinci, iritasi berat
50 mg/24 jam, kulit – kelinci, iritasi sedang
750 µg/24 jam, mata – kelinci, iritasi berat
10 mg, mata – kelinci, iritasi berat
Data Teratogenik : Data tidak tersedia
Data Tumorigenik :
TDLo tikus – oral 109 g/kg/ 2 tahun, secara kontinyu
TDLo tikus – subkutan 1170 mg/kg/65 minggu
TCLo tikus – terhirup 14300 ppb/2 tahun, selama 1-22 hari secara kontinyu
Data Efek Reproduktif :
TDLo tikus betina – oral 168 mg/kg selama 1 – 21 hari, secara kontinyu
TDLo tikus jantan – oral 200 mg/kg selama 1 hari
TCLo tikus – terhirup 1 mg/m3/24 jam selama 1-22 hari, secara kontinyu
Efek Lokal :
Menyebabkan korosi jika terhirup, tertelan, terkena kulit dan mata.
Organ Sasaran :
Sistem kekebalan (sensitisasi)
Kondisi Medis yang Diperburuk oleh Paparan : Gangguan pernafasan, penyakit kulit dan alergi.
EFEK TERHADAP KESEHATAN
Terhirup
Paparan Jangka Pendek
:
Konsentrasi sebesar 0,1 - 5,0 bpj dapat menyebabkan iritasi hidung dan tenggorokan; 10-20 bpj dapat menyebabkan sulit bernafas, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, serta batuk; 25-50 bpj dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan kerusakan serius saluran pernafasan seperti radang paru dan edema paru (jarang terjadi). Gejala lain dapat meliputi bersin, nafas berbunyi, radang faring, bronkitis, sakit kepala, disfagia, rasa haus yang amat sangat, letih, palpitasi, mual dan muntah.
Pada kadar yang lebih tinggi menimbulkan batuk, sesak nafas, bronkitis, pneumonia, edema dan kejang pada laring dan edema paru.
Konsentrasi yang sangat tinggi menyebabkan kematian pada manusia. Reaksi hipersensitif seperti edema laring, bronkitis asma, gangguan trakeobronkitis yang parah, serta biduran, dilaporkan terjadi pada individu yang terpapar sebelumnya.
Paparan Jangka Panjang
:
Paparan secara berulang atau terus-menerus dapat menyebabkan sakit kepala, radang selaput lendir hidung, mual, ngantuk, kerusakan sistem pernafasan, luka pada ginjal dan sensitisasi pada paru. Efek neurofisiologi meliputi gangguan tidur, iritabilitas, gangguan keseimbangan tubuh, penurunan daya ingat, penurunan daya konsentrasi, dan perubahan suasana hati. Pada wanita terjadi gangguan menstruasi dan kemandulan. Efek reproduktif dilaporkan terjadi pada hewan. Keturunan dari tikus yang terpapar bahan formaldehida selama masa kehamilan, tidak menunjukkan adanya penyimpangan yang dapat terlihat. Jumlah kotoran, durasi kehamilan, dan berat ginjal serta adrenal janin mengalami peningkatan dan berat paru serta hati janin mengalami penyusutan. Paparan formaldehida jangka panjang dilaporkan berhubungan dengan meningkatnya risiko kanker pada hidung, sinus aksesorius, serta kanker nasofaring dan orofaring pada manusia.
Tertelan
Paparan Jangka Pendek
:
Jika tertelan larutan formaldehida dapat menyebabkan luka bakar pada mulut dan tenggorokan, perut mual, muntah dan diare, kemungkinan pendarahan, sangat nyeri pada perut, sakit kepala, hipotensi, vertigo, stupor, kejang-kejang, kehilangan kesadaran dan koma. Dapat terjadi perubahan degeneratif pada hati, jantung dan otak, serta kerusakan pada limpa, pankreas, susunan saraf pusat dan ginjal disertai albuminuria, hematuria, anuria dan asidosis. Aspirasi menyebabkan radang paru kimiawi. Stenosis tertunda pada saluran lambung dan usus bagian atas juga dapat terjadi. Kematian dapat tertunda selama beberapa jam sampai beberapa hari yang disebabkan karena shock atau kegagalan fungsi pada sirkulasi darah atau fungsi pernafasan. Dosis oral fatal rata-rata terhadap manusia dilaporkan sebesar 1 – 2 ons larutan formaldehida 37%. Efek reproduksi dilaporkan terjadi pada hewan.
Efek pada wanita termasuk gangguan menstruasi dan sterilitas sekunder
. Jika tertelan terjadi iritasi pada membran mukosa mulut, kerongkongan dan usus serta muntah diikuti diare. Setelah terserap akan terjadi penekanan susunan saraf pusat, gejala yang muncul tidak seperti pada keracunan alkohol (vertigo, depresi SSP, koma dan kadang konvulsi). Larutan formaldehida jika tertelan mungkin menimbulkan penurunan suhu tubuh.
Paparan Jangka Panjang
:
Jika tertelan secara berulang dalam dosis kecil dapat menyebabkan iritasi lambung dan usus, muntah, dan pusing. Dilaporkan terjadi reaksi sensitisasi. Pria yang meminum susu yang mengandung formaldehida selama 15 hari mengeluh adanya gejala nyeri perut atau usus dan sakit kepala. Gejala lain meliputi rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu tubuh, dan sebanyak 4 pria mengalami ruam yang terasa gatal pada dada dan paha.
kontak dengan mata
Paparan Jangka Pendek
:
Konsentrasi sebesar 0,05 – 3,0 bpj dapat menyebabkan iritasi mata disertai kemerahan, gatal, nyeri, pandangan kabur dan lakrimasi ringan. Konsentrasi sebesar 4 – 20 bpj dapat menyebabkan lakrimasi dan kerusakan mata. Larutan formaldehida dalam air dapat menyebabkan efek yang bersifat sementara, luka ringan dan ketidak nyamanan hingga luka berat, keburaman kornea permanen dan kehilangan kemampuan melihat. Keburaman kornea dapat tertunda dalam waktu beberapa menit hingga beberapa jam.
Paparan Jangka Panjang
:
Efek bergantung pada durasi paparan dan konsentrasi bahan. Paparan berulang atau terus-menerus dapat menyebabkan radang selaput ikat mata atau efek sebagaimana halnya pada paparan jangka pendek.
Kontak dengan kulit
Paparan Jangka Pendek
:
Uap atau larutan dapat menyebabkan perubahan warna kulit menjadi putih, kulit menjadi kasar dan keras, anastesia dan luka bakar tingkat satu. Larutan yang pekat menimbulkan koagulasi nekrosis. Dilaporkan terjadi dermatitis sensitisasi dikarakterisasi dengan adanya eksim, reaksi vasikular yang terjadi dengan tiba-tiba disertai erupsi pada kelopak mata, muka, leher dan lengan. Juga dilaporkan terjadi biduran.
Paparan Jangka Panjang
:
Paparan berulang atau terus-menerus dapat menyebabkan luka bakar tingkat dua, mati rasa dan ruam yang terasa gatal, kerusakan kuku jari, pengerasan dan warna kulit menjadi coklat serta mengalami sensitisasi. Dermatitis eksimatoid yang terjadi dapat berupa reaksi vesikular yang terjadi secara tiba-tiba, atau dapat tertunda selama beberapa tahun disertai erupsi yang diawali pada jari tangan dan kaki, pergelangan, dan bagian tubuh lainnya. Bisa juga terjadi dermatitis karena baju yang terkena formaldehid. Paparan berulang oleh formaldehida menimbulkan alterasi protein jaringan sehingga terjadi toksisitas lokal dan reaksi alergi. Mencit mengalami kerusakan hati yang parah setelah pemberian formaldehida pada kulit.
ANTIDOTUM
Pada hipotensi, infuse dengan cairan isotonik 10 to 20 ml/kg. Jika hipotensinya menetap berikan dopamine 5 – 20 mcg/kg/min atau norepinephrine (dewasa : mulai dengan 0,5 - 1 mcg/min, anak mulai 0,1 mcg/kg/min)
Karbon aktif, suspensikan 30 g / 240 ml air. Dosis : 25-100 g untuk dewasa/ remaja , 25-50 g untuk anak-anak (1 to 12 tahun) dan 1 g/kg untuk bayi dibawah 1 tahun.
INFORMASI EKOLOGI
Perilaku dan Potensi Migrasi di Lingkungan :
Uap formaldehida berdasarkan harga Koc 37 ( logKow 0,35) menunjukkan bahwa formaldehida mempunyai mobilitas yang tinggi di dalam tanah.
Data Ekotoksisitas :
Toksisitas pada Ikan :
LC50
10 mg/L selama 48-96 jam - larva Striped bass -
static bioassay
LC50 565 mg/L selama 96 jam - green egg -
Salmo gairdnerii (Rainbow trout) - static bioassay
LC50 198 mg/L selama 96 jam - eyed egg -
Salmo gairdnerii (Rainbow trout) - static bioassay
LC50 440 mg/L selama 96 jam - Salmo gairdnerii
(Rainbow trout) - static bioassay
LC50 214 mg/L selama 24 jam - Salmo gairdnerii
(Rainbow trout) - static bioassay
LC50
173
μL/L
selama 96 jam - Salmo salar (Atlantic salmon) -
flow-through bioassay
LC50 100
μL/L
selama 96 jam - Salvelinus namaycush (Lake trout) -
flow-through bioassay
LC50
65,8 μL/L
selama 96 jam - Ictalurus punctatus (Channel catfish)
- flow-through bioassay
LC50 173
μL/L
selama 96 jam - Lepomis cyanellus (Green sunfish) -
flow-through bioassay
LC50 100
μL/L
selama 96 jam - Lepomis macrochirus l (Bluegil) -
flow-through bioassay
LC50 136
μL/L
selama 96 jam - Micropterus dolomieui (Smallmouth bass)
- flow-throughbioassay
LC50 143
μL/L/
selama 96 jam - Micropterus salmoides (Largemouth bass)
flow-through bioassay
LC50 24,1 mg/L selama 96 jam - Pimephales promelas
(fathead minnow)
LC50 100-300 mg/L selama 48 jam (air asin yang teraerasi) - Flounder
KONTROL PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI
Batas paparan :
0,75 bpj OSHA TWA
2 bpj OSHA STEL
0,3 bpj/m3 ACGIH ceiling
0,016 bpj NIOSH TWA 10 jam yang direkomendasikan
0,1 bpj NIOSH ceiling
0,5 bpj/m3 (0,5 mg/m3) DFG MAK (1 kali/shift)
2 bpj UK OES TWA
20 bpj IDLH, NIOSH
Metode Pengambilan Sampel : Data Tidak Tersedia
Metode/ prosedur pengukuran paparan :
Filter partikel/ Impinger; Spektrofotometri cahaya tampak (Visible Spectrophotometry); NIOSH III # 3500, limit deteksi 0,5 ug/sampel
Tabung XAD-2 ® dengan bahan pelapis khusus; Toluena; Kromatografi Gas dengan sistem deteksi ionisasi nyala (flame ionization detection); NIOSH III # 2541, limit deteksi 1 ug/sampel
Kromatografi gas, detektor ionisasi nyala, limit deteksi 2 ug/sampel; NIOSH Method 2539
Metode Titrimetri untuk disinfektan dalam biji, dengan mengabsorbsikannya ke dalam bentonit, talk, arang dan serbuk gergajian, AOAC Method 931.03
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, untuk senyawa karbonil yang diderivatisasi dengan dinitrofenilhidrazin , sampel berupa air minum atau sumber air lainn, batas deteksi 8,1 ug/l, EPA Method 554.
Ventilasi :
Sediakan peralatan penyedot udara atau sistem ventilasi proses tertutup. Pastikan sesuai dengan batas paparan yang ditetapkan
Alat pelindung diri :
Respirator :
Respirator dan konsentrasi maksimum penggunaan berikut dikutip dari NIOSH dan/ atau OSHA.
Jenis respirator yang digunakan
Pada paparan konsentrasi berapa saja yang terdeteksi :
Alat pernafasan serba lengkap jenis apa saja dengan pelindung wajah penuh yang dioperasikan sesuai dengan tekanan yang dibutuhkan atau mode tekanan-positif lainnya.
Respirator pasokan udara jenis apa saja dengan pelindung wajah penuh yang dioperasikan sesuai dengan tekanan yang dibutuhkan atau mode tekanan-positif lainnya dikombinasikan dengan peralatan pasokan udara penyelamatan yang terpisah.
Tindakan penyelamatan
Respirator pemurnian udara jenis apa saja dengan pelindung wajah penuh dan selongsong untuk uap organik.
Alat pernafasan serba lengkap jenis apa saja yang sesuai.
Untuk konsentrasi yang tidak diketahui atau dengan seketika/ langsung berbahaya terhadap kehidupan atau kesehatan
Respirator serba lengkap yang dioperasikan sesuai dengan tekanan yang dibutuhkan atau mode tekanan-positif lainnya dikombinasikan dengan peralatan pasokan udara penyelamatan yang terpisah.
Alat pernafasan serba lengkap jenis apa saja dengan pelindung wajah penuh.
Pelindung Mata :
Gunakan kacamata keselamatan yang tahan pecahan yang dilengkapi dengan pelindung wajah. Jangan gunakan lensa kontak ketika bekerja dengan bahan kimia ini. Sediakan kran air pencuci mata untuk keadaan darurat dan semprotan air deras di sekitar lokasi kerja.
Pakaian :
Gunakan pakaian pelindung tahan bahan kimia yang sesuai
Sarung Tangan :
Gunakan sarung tangan tahan bahan kimia yang sesuai.
Sepatu : Data tidak tersedia
TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA
Jika terhirup
:
Jika aman untuk memasuki area, jauhkan korban dari paparan. Gunakan masker berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan buatan (pernafasan keselamatan) jika diperlukan. Pertahankan suhu tubuh korban dan istirahatkan. Segera bawa ke dokter.
Catatan untuk dokter : Jika terhirup, pertimbangkan pemberian oksigen.
Jika tertelan
:
Tindakan tanggap darurat mungkin tidak diperlukan. Bawa ke dokter jika diperlukan.
Jika terkena mata
:
Basuh mata segera dengan air yang banyak atau menggunakan larutan garam fisiologis, sambil sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah hingga tidak ada bahan kimia yang tertinggal. Lanjutkan pemberian larutan garam fisiologis hingga siap untuk dibawa ke rumah sakit. Tutupi dengan perban steril. Segera bawa ke dokter.
Jika terkena kulit
:
Petugas tanggap darurat harus mengenakan sarung tangan dan menghindari kontaminasi. Lepaskan segera pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci bagian yang terkontaminasi dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang banyak hingga tidak ada bahan kimia yang tertinggal (setidaknya selama 15-20 menit). Untuk luka bakar, lindungi dengan perban steril. Segera bawa ke dokter.
TINDAKAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Bahaya ledakan dan kebakaran
:
Bahaya kebakaran tinggi.
Media pemadam
: Bahan kimia kering, karbon dioksida, air dan busa.
Jika terjadi kebakaran besar : Gunakan busa atau dengan menyemprotkan air yang banyak.
Tindakan pemadaman
:
Pindahkan kemasan dari lokasi kebakaran jika dapat dilakukan tanpa risiko. Jangan menyebarkan bahan yang tumpah dengan aliran air bertekanan tinggi. Bendung tumpahan untuk pembuangan lebih lanjut. Gunakan media pemadam yang sesuai. Hindari menghirup bahan atau produk hasil pembakaran. Jaga agar posisi berdiri berlawanan dengan arah angin dan hindari daerah yang rendah.
Produk pembakaran yang berbahaya
:
Data tidak tersedia
TINDAKAN PENANGANAN TUMPAHAN/ BOCORAN
Cara penanggulangan tumpahan/ bocoran jika terjadi emisi:
Di tempat kerja
:
Hentikan kebocoran jika dapat dilakukan tanpa risiko.
Tumpahan sedikit : Serap dengan menggunakan pasir atau bahan lain yang tidak dapat terbakar. Kumpulkan bahan yang tumpah ke dalam kemasan yang sesuai untuk pembuangan.
Isolasi daerah bahaya dan orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk.
Ke udara
: Data tidak tersedia
Ke air
:
Jauhkan dari tempat persediaan air dan saluran pembuangan air limbah.
Ke tanah
:
Data tidak tersedia
PENGELOLAAN LIMBAH
Sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
INFORMASI TRANSPORTASI
Pengangkutan Udara IATA/ ICAO : data tidak tersedia
Pengangkutan Laut IMDG :
Kode instruksi kemasan : P001, LP01 (IMDG Code)
INFORMASI LAIN
Nomor RTECS : LP8925000
Nomor EINECS : 200-001-8 (Formaldehida)
Sediaan dalam larutan bervariasi (37,44 dan 50%) dengan penambahan bervariasi jumlah metanol untuk mencegah polimerisasi. Kadang juga terbentuk sejumlah kecil trimer trioksan siklis yang merupakan senyawa cpmd yang tidak mudah melepaskan formaldehida.
PUSTAKA
U.S. National Library of Medicine, National Institutes of Health, Hazardous Substances Data Bank, Department of Health & Human Services, Rockeville Pike, Bethesda MD 20894, 2004, http://www.toxnet.nlm.nih.gov
Budavari, S. (ed.), (2001), The Merck Index - An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Biologicals, 13th ed., Merck And Co. Inc., New Jersey, p. 751
IMO (International Maritime Organization), (2000), IMDG Code (International Maritime Dangerous Goods Code), 2000 Ed, vol. 1 and 2, IMO Publication, London
Urben, P.G., (1999), Bretherick’s Handbook of Reactive Chemical Hazards, 6th ed., vol.1, Butterworth – Heinemann Ltd., Oxford, p. 161
Lewis, Richard J., Sr., (1999), Sax’s Dangerous Properties of Industrial Materials, 10th ed., A Wiley-Interscience Publication, John Wiley & Sons, Inc., Toronto, p. 1824
IPCS, (1998), Chemical Safety Training Module, Suppl. I, The Finnish Institute of Occupational Health, Helsinki, p. 58
Tomlin, C. (ed.), (1994), A World Compendium – The Pesticide Manual, 10th ed., Crop Protection Publications, Surrey, p. 524
OHS41130, Formaldehyde, MDL Information Systems, Inc., 1994, pp. 1-10
The Dutch Institute for the Working Environment and the Dutch Chemical Industry Association, (1991), Chemical Safety Sheets, Samson Chemical Publishers, Netherland, p.
---------------, (1989), NIOSH Pocket Guide to Chemical Hazards, vol. 1 & 2, US Department of Health and Human Services, Washington D.C., p. 431
Sax, N. Irving and Lewis, Richard J., Sr, (1987), Hazardous Chemicals Desk Reference, Van Nostrand Reinhold, New York, p. 513
Proctor, N.H. and
J.P. Hughes., (1978), Chemical Hazards of the Workplace, J.B.
Lippincott, Philadelphia, p.
272
Goodman, L.S., and A. Gilman. (eds.), (1975), The Pharmacological
Basis of Therapeutics, 5th ed., Macmillan Publishing Co.
Inc., New York, p. 993
PENYUSUN