.:  KLORDAN KOMERSIAL :.

[CHLORDANE ]

 

 

 

 

1,2,4,5,6,7,8,8-Octachloro-2,3,3a,4,7,7a-hexahydro-4,7-methano-indene

 

 

Rumus Molekul : C10H6Cl8                                                                            

Massa Molekul : 409,76 Dalton

  1. PENANDA PRODUK

NOMOR REGISTER CAS

:

57-74-9 (klordan, 60 – 75%)

5103-71-9 (cis-isomer)

12789-03-6  (teknis)

5103-74-2 (trans-isomer)

NOMOR HS :

2903.59.00.00

NOMOR UN : NA2762

 

Sinonim dan nama dagang

 

4,7-Methanoindan, 1,2,4,5,6,7,8,8-octa chloro -3a,4,7,7a-tetrahydro-;  1,2,4,5,6,7,8,8-Octachloro-3a,4,7,7A-tetrahydro-4,7-methanoindan; Chlorindan; Chlordan; Chlordane; Cortilan-Neu; HCS 3260; TAT; Toxichlor; CD-68; Velsicol 1068; Niran; Octachlor; Ortho-Klor; Synklor; Corodane; Belt; M 140 ; M 410 ; Aspon-Chlordane; CD 68; Dowchlor; Ent-9932; Hcs 3260; Intox 8; Oktaterr; Synklor; Tat Chlor 4; Topiclor; Toxichlor.

 

  1. SIFAT KIMIA DAN FISIKA

  1. Keadaan fisik

:

Cairan bertekstur kental, kuning gading, coklat atau hampir tidak berwarna; bentuk kristal warna putih, berbau sedikit tajam seperti klorin atau hampir tidak berbau. Klordan mengandung 60-75% isomer, komponen utama adalah 2 stereoisomer cis dan trans.

  1. Titik lebur

:

107,0-108,8°C (cis-isomer); 103,0-105,0°C (trans-isomer)

  1. Titik didih

:

175°C pada 2 mm Hg

  1. Titik nyala

:

Larutan:  225°F (tabung terbuka), 132°F (tabung tertutup)

  1. Tekanan uap

:

9,75X10-6 mmHg pada 25°C

  1. Kerapatan uap

:

14 (udara = 1; pada titik didih klordan)

  1. Berat jenis

:

1,59-1,63 pada 25°C (air = 1)

  1. pH

:

1,59 – 1,63

  1. Viskositas

:

69 poise pada 25°C

  1. Indeks refraksi

:

1,56-1,57 pada 25°C/D

  1. Panas Pembakaran

:

-4,000 btu/lb = -2,200 cal/g = -93x10+5 joule/kg

  1. Ambang bau

:

Terendah:  0,0084 mg/m3; Tertinggi: 0,0419 mg/m3

  1. Kow

:

5,16

  1. Kelarutan

:

Dalam air 0,1 bpj pada 20-30°C; Larut dalam pelarut organik alifatik dan aromatik, pelarut hidrokarbon, termasuk kerosin.

 

  1. ELEMEN LABEL BERDASARKAN GHS

  1. Penanda Produk

:

(mencakup informasi tentang nama senyawa atau komposisi kimia penyusun produk dan/ atau nama dagang serta nomor pengenal internasional seperti Nomor Registrasi CAS, Nomor UN atau lainnya).

  1. Identitas Produsen/Pemasok

: (mencakup nama, nomor telepon dan alamat lengkap dari produsen/ pemasok bahan kimia)
  1. Piktogram Bahaya

:

  1. Kata Sinyal

:

"BAHAYA"

  1. Pernyataan bahaya

:

  • Fatal jika terhirup, tertelan atau terkena kulit

  • Cairan dan uap mudah menyala

  • Kemungkinan korosif pada logam

  • Menyebabkan iritasi ringan pada kulit

  • Menyebabkan iritasi pada mata

  • Dapat merusak fertilitas atau janin

  • Diduga menyebabkan kanker

  • Sangat beracun bagi organisme perairan

  1. Pernyataan kehati-hatian (hanya memuat sebagian dari pernyataan kehati-hatian yang ada)

:

  • Jauhkan dari jangkauan anak – anak

  • Kenakan pakaian dan sarung tangan pelindung yang cocok

  • Bahan ini dan wadahnya harus dibuang sebagai limbah berbahaya

  • Hindari pembuangan ke lingkungan. Rujuk pada lembar data keamanan/ instruksi khusus

  1. PENYIMPANAN

Pisahkan dari bahan yang tidak boleh dicampurkan. Simpan dalam kemasan tertutup rapat. Simpan ditempat yang sejuk dan kering.

 

  1. PENGGUNAAN

Data tidak tersedia

 

  1. STABILITAS DAN REAKTIVITAS

  1. Stabilitas  

:

Stabil pada suhu dan tekanan normal. Pada suhu mendekati titik didih akan terurai menghasilkan klorin, fosgen dan hidrogen klorida.

  1. Peruraian yang berbahaya

:

Hasil peruraian pada pemanasan berupa uap dan gas beracun dari hidrogen klorida, klorin fosgen, senyawa terhalogenasi, karbon monoksida.

  1. Polimerisasi

:

Tidak terjadi polimerisasi.

  1. Kondisi untuk dihindar  

:

Hindarkan dari panas, nyala api, percikan dan sumber api lain. Kemasan dapat pecah atau meledak jika kena panas.

  1. Inkompatibilitas

    Klordan dengan :

:

Tidak boleh dicampurkan (incompatible) dengan basa, bahan pengoksidasi, bahan mudah terbakar, logam.

  • Alkali (lemah) : Dapat mengalami penguraian.

  • Oksidator (kuat) : Bahaya ledakan dan kebakaran.

  • Plastik, karet dan bahan pelapis : Dapat mengalami kerusakan.

Heptaklor dengan :

  • Alkali (kuat) : Inkompatibel.

  • Besi + karat  : Kontak dengan lelehan heptaklor dapat menghasilkan gas hidrogen klorida yang beracun.

  • Logam (besi dan zink) : Korosif.

 

  1. INFORMASI DAN TAKSIKOLOGI

KLORDAN TEKNIS :

  1. Data Toksisitas :

    LD50             tikus – oral                  200 mg/kg

    LD50             tikus – kulit                  690 mg/kg

    LD50             tikus – intraperitoneal  343 mg/kg

    LD50             mencit – oral               145 mg/kg

    LD50             mencit – intravena      100 mg/kg       

    LD50             kelinci – oral                100 mg/kg

    LD50             kelinci – kulit                780 mg/kg

  1. Data Mutagenik :

    Uji Inhibisi Kapasitas Fage – Escherichia coli, 3050 µmol/L

    Uji Pertukaran pasangan kromatid (Sister Chromatid Exchange) – pada beberapa rute paparan, jenis ikan lainnya 54 pmol/L

    Uji Sintesis DNA tak-diatur – fibroblas manusia 1 µmol/L

    Uji Pertukaran pasangan kromatid – limfosit manusia 10 µmol/L

    Uji Transformasi Morfologis – oral tikus 1250 mg/kg selama 6 minggu

    Sistem pengujian mutasi lainnya – oral mencit 35 mg/kg

    Analisis sitogenetik – oral mencit 10 mg/kg

    Mutasi pada sel somatik mamalia – paru tupai 10 µmol/L

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Data Karsinogenik :

    GHS        : Tidak karsinogenik

    IARC       : Tidak karsinogenik

  1. Data Iritasi/Korosi : Data tidak tersedia

     

  2. Data Teratogenik : Data tidak tersedia

     

  3. Data Tumorigenik :

    TDLo       oral – mencit 2020 mg/kg selama 80 minggu, secara kontinyu

    TD           oral – mencit 3780 mg/kg selama 80 minggu, secara kontinyu

     

  4. Data Efek Reproduktif :

    TDLo           oral – mencit betina hamil 3360 µg/kg selama 1 – 22 hari secara kontinyu

    TDLo       oral – mencit betina hamil 152 mg/kg selama 1 –19 hari secara kontinyu

    TDLo       oral – mencit betina hamil 7 mg/kg selama 15 – 21 hari secara kontinyu

     

  5. Efek Lokal : Data tidak tersedia

     

  6. Organ Sasaran :

    Susunan syaraf pusat.

     

  7. Kondisi Medis yang Diperburuk oleh Paparan : Data tidak tersedia

     

  8. Data Tambahan :

    Dapat melintasi plasenta. Dapat diekskresikan melalui air susu. Dapat disimpan dalam jaringan adiposa.

    Aktivitas kuat dan penderitaan kelaparan dapat memobilisasi pestisida mengakibatkan munculnya kembali gejala keracunan. Studi terhadap 2 kelompok pekerja, kelompok pertama terlibat dalam pembuatan klordan, heptaklor dan endrin, sedangkan kelompok kedua dalam pembuatan klordan dan heptaklor, mengungkap adanya suatu peningkatan yang signifikan secara statistik mengenai kejadian kematian akibat penyakit serebrovaskular pada kelomok yang pertama, namun tidak terjadi pada kelompok kedua; studi pada kelompok pertama memiliki kekurangan pada metodologi yang digunakan.

     

KLORDAN :

  1. Data Toksisitas :

    LD50         tikus – oral                   200 mg/kg

    LD50         tikus – kulit                   690 mg/kg

    LD50         tikus – intraperitoneal   343 mg/kg

    LD50         mencit – oral                145 mg/kg

    LD50         mencit – intravena        100 mg/kg          

    LD50         kelinci – oral                 100 mg/kg

    LD50         kelinci – kulit                 780 mg/kg

    LD50         tupai – oral                 1720 mg/kg

  1. Data Mutagenik :

    Uji Inhibisi Kapasitas Fage – Escherichia coli, 3050 µmol/L

    Uji Sister Chromatid Exchange – pada beberapa rute paparan, jenis ikan lainnya 54 pmol/L

    Uji Sintesis DNA tak-diatur – fibroblas manusia 1 µmol/L

    Uji Sister Chromatid Exchange – limfosit manusia 10 µmol/L

    Uji Transformasi Morfologis – oral tikus 1250 mg/kg selama 6 minggu

    Sistem pengujian mutasi lainnya – oral mencit 35 mg/kg

    Analisis sitogenetik – oral mencit 10 mg/kg

    Mutasi pada sel somatik mamalia – paru tupai 10 μmol/L

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Data Karsinogenik :

    GHS : Kategori 2

    IARC : Grup 2B. Bukti pada manusia tidak cukup. Bukti pada hewan cukup.

    ACGIH : A3 – Karsinogen pada hewan.

    TGRS 905 : K 3

    Paparan terhadap klordan dalam situasi rumah tangga telah dihubungkan dengan perkembangan timbulnya leukemia dan diskrasia darah lainnya. Studi cohort terhadap pengguna pestisida dan pembuat klordan menunjukkan sedikit peningkatan kejadian timbulnya kanker paru. Risiko yang sedikit berlebih terjadinya kanker lainnya meliputi leukemia, limfoma non-Hodgkin, dan sarkoma jaringan lunak, serta kanker otak, kulit, kandung kemih, dan perut telah teramati dengan tingkat konsistensi studi yang sedikit. Pemberian secara oral pada mencit dan tikus menunjukkan adanya peningkatan dalam terjadinya neoplasma hepatoselular pada mencit jantan dan betina, neoplasma sel folikular tiroid pada tikus, dan histiositomas fibrus ganas pada tikus jantan. Tikus jantan yang diberikan klordan kualitas teknis, memperlihatkan adanya peningkatan dalam kejadian timbulnya adenoma hati.

  1. Data Iritasi/Korosi : Data tidak tersedia

     

  2. Data Teratogenik : Data tidak tersedia

     

  3. Data Tumorigenik :

    TDLo       oral – mencit 2020 mg/kg selama 80 minggu, secara kontinyu

    TD           oral – mencit 3780 mg/kg selama 80 minggu, secara kontinyu

     

  4. Data Efek Reproduktif :

    TDLo           oral – mencit betina hamil 3360 μg/kg selama 1 – 22 hari secara kontinyu

    TDLo       oral – mencit betina hamil 152 mg/kg selama 1 –19 hari secara kontinyu

    TDLo       oral – mencit betina hamil 7 mg/kg selama 15 – 21 hari secara kontinyu

     

  5. Efek Lokal : Data tidak tersedia

     

  6. Organ Sasaran :

    Susunan syaraf pusat.

     

  7. Kondisi Medis yang Diperburuk oleh Paparan :

    Penyakit kejang-kejang

     

  8. Data Tambahan :

    Dapat melintasi plasenta. Dapat diekskresikan melalui air susu. Dapat disimpan dalam jaringan adiposa. Aktivitas kuat dan penderitaan kelaparan dapat memobilisasi pestisida mengakibatkan munculnya kembali gejala keracunan. Studi terhadap 2 kelompok pekerja, kelompok pertama terlibat dalam pembuatan klordan, heptaklor dan endrin, sedangkan kelompok kedua dalam pembuatan klordan dan heptaklor, mengungkap adanya suatu peningkatan yang signifikan secara statistik mengenai kejadian kematian akibat penyakit serebrovaskular pada kelomok yang pertama, namun tidak terjadi pada kelompok kedua; studi pada kelompok pertama memiliki kekurangan pada metodologi yang digunakan.

HEPTAKLOR :

  1. Data Toksisitas :

    LD50         oral – tikus                       40 mg/kg

    LD50         kulit – tikus                     119 mg/kg

    LD50         intraperitoneal – tikus       27 mg/kg

    LD50         oral – mencit                    68 mg/kg

    LD50         intraperitoneal – mencit  130 mg/kg

    LD50         intraserebral – mencit      12 mg/kg         

    LD50         kulit – kelinci                   500 mg/kg

    LD50         oral – marmut                116 mg/kg

    LD50         oral – tupai                    100 mg/kg

  1. Data Mutagenik :

    Sistem pengujian mutasi lainnya – Escherichia coli 837 µmol/L

    Uji Sintesis DNA tak diatur – fibroblas manusia 100 µmol/L

    Analisis sitogenetik – oral tikus 60 µg/kg

    Uji Dominant Lethal – oral tikus 60 µg/kg

    Sistem pengujian mutasi lainnya – oral mencit 35 mg/kg

    Analisis sitogenetik – intraperitoneal mencit 5200 µg/kg

    Mutasi pada sel somatik mamalia – limfosit mencit 25 mg/L

    Uji Transformasi Morfologis – embrio tupai 10 mg/L

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Data Karsinogenik :

    GHS : Kategori 2

    IARC : Grup 2B. Bukti pada manusia tidak cukup. Bukti pada hewan cukup.

    ACGIH : A3 – Karsinogen pada hewan.

    TGRS 905 : K 3

    Paparan terhadap heptaklor/klordan dalam situasi rumah tangga telah dihubungkan dengan perkembangan timbulnya leukemia dan diskrasia darah lainnya. Adanya peningkatan kejadian timbulnya kanker paru telah terlihat pada pengguna pestisida dan pembuat heptaklor/klordan. Pemberian secara oral pada mencit jantan dan betina menyebabkan adanya peningkatan dalam kejadian timbulnya neoplasma sel hati. Tikus yang diberikan heptaklor kualitas teknis melalui oral, memperlihatkan adanya peningkatan dalam kejadian timbulnya neoplasma sel folikular tiroid.

  1. Data Iritasi/Korosi : Data tidak tersedia

     

  2. Data Teratogenik : Data tidak tersedia

     

  3. Data Tumorigenik :

    TDLo       oral – mencit 403 mg/kg selama 80 minggu, secara kontinyu

    TD           oral – mencit 930 mg/kg selama 80 minggu, secara kontinyu

    TD           oral – mencit 876 mg/kg selama 2 tahun, secara kontinyu

     

  4. Data Efek Reproduktif :

    TDLo oral – tikus betina hamil 350 mg/kg selama 14 hari sebelum kehamilan, secara kontinyu

    TDLo oral – tikus jantan 3168 mg/kg selama 70 hari secara kontinyu

     

  5. Efek Lokal : Data tidak tersedia

     

  6. Organ Sasaran :

    Sistem syaraf pusat, hati.

     

  7. Kondisi Medis yang Diperburuk oleh Paparan :

    Penyakit kejang-kejang, gangguan pada hati.

     

  8. Data Tambahan :Dapat melintasi plasenta. Dapat diekskresikan melalui air susu. Zat perangsang seperti epinefrin dapat menginduksi terjadinya fibrilasi ventrikular. Dapat disimpan dalam jaringan adiposa. Aktivitas kuat dan penderitaan kelaparan dapat memobilisasi pestisida mengakibatkan munculnya kembali gejala keracunan. Studi terhadap 2 kelompok pekerja, kelompok pertama terlibat dalam pembuatan klordan, heptaklor dan endrin, sedangkan kelompok kedua dalam pembuatan klordan dan heptaklor, mengungkap adanya suatu peningkatan yang signifikan secara statistik mengenai kejadian kematian akibat penyakit serebrovaskular pada kelomok yang pertama, namun tidak terjadi pada kelompok kedua; studi pada kelompok pertama memiliki kekurangan pada metodologi yang digunakan.

 

  1. EFEK TERHADAP KESEHATAN

  1. Terhirup

 

 

  • Paparan Jangka Pendek

:

Klordan : Gejala seperti penglihatan kabur, batuk, perasaan bingung, ataksia, sakit kepala, perasaan lemah, pusing dan deliria telah dilaporkan terjadi akibat paparan terhadap klordan melalui terhirup. Gejala perangsangan terhadap sistem syaraf pusat dapat terjadi sebagaimana yang dideskripsikan dalam paparan tertelan jangka pendek.

Heptaklor : Dapat diabsorpsi melalui paru dan menyebabkan gejala khas akibat terpapar pestisida siklodien terklorinasi meliputi kedutan otot, sentakan mioklonik dan serangan kejang. Kejang dapat terjadi dengan disertai kehilangan kesadaran dalam jangka waktu tertentu. Gejala lain dapat meliputi sakit kepala, mual, muntah, perasaan tidak enak badan yang tidak jelas, dan pusing. Dalam kasus paparan konsentrasi besar yang berlebihan, kejang dapat terjadi tanpa gejala terlebih dahulu. Pola EEG abnormal dapat teramati dan dapat bertahan hingga beberapa minggu atau beberapa bulan sementara tidak terdapat tanda-tanda keracunan lainnya yang dapat teramati.

  • Paparan Jangka Panjang

:

Klordan : Paparan terhadap uap klordan dengan konsentrasi 7% selama 15 menit dengan jeda waktu 3 hari selama periode waktu 15 minggu dan terulang setahun kemudian, tidak menyebabkan adanya gejala keracunan pada manusia. Sebagai tambahan terhadap paparan jangka pendek, paparan jangka panjang pada manusia terhadap klordan teknis yang mengandung heptaklor dan beberapa bahan kimia lainnya telah menyebabkan rasa ringan di kepala, mual, batuk, keluhan pada dada tremor, atralgia, keletihan, purpura trombositopenia, dan tanda-tanda memar. Juga dilaporkan telah terjadi pansitopenia, anemia aplastik, hemolitik dan megaloblastik, leukemia, dan kematian. Paparan pada monyet terhadap klordan sebesar 100 – 1000 mg/m3 selama 90 hari menginduksi terjadinya leukopenia dan trombositopenia yang signifikan secara statistik, dengan efek terjkadi pada dosis terendah yang diuji.

Heptaklor : Sebagai tambahan terhadap paparan jangka pendek, paparan jangka panjang pada manusia terhadap klordan teknis yang mengandung heptaklor dan beberapa bahan kimia lainnya telah menyebabkan rasa ringan di kepala, mual, batuk, keluhan pada dada tremor, atralgia, keletihan, purpura trombositopenia, dan tanda-tanda memar. Juga dilaporkan telah terjadi pansitopenia, anemia aplastik, hemolitik dan megaloblastik, leukemia, dan kematian.

  1. Tertelan

 

 

  • Paparan Jangka Pendek

:

Klordan : Dapat menyebabkan nyeri pada perut, mual, muntah dan diare. Klordan dapat merangsang sistem syaraf pusat disertrai kejang yang terkadang timbul sebagai gejala pertama keracunan. Juga dapat terjadi gejala seperti pusing, penglihatan kabur, hipereksitabilitas, kedutan otot, tremor, gerakan tidak terkoordinasi, dan ataksia. Dalam kasus keracunan yang berat, dapat terjadi koma dan kematian. Pola EEG memberi kesan bahwa kematian diakibatkan karena terhentinya fungsi pernafasan diantara atau selama terjadinya peristiwa kejang. Klordan dapat diekskresikan secara lambat dari tubuh; waktu paruh dalam serum pada seorang anak sebesar 88 hari. Mencit yang diberikan klordan melalui minyak kacang tanah menunjukkan adanya gejalaa ataksia, kejang, kegagalan fungsi pernafasan, sianosis, dan kematian.

Heptaklor : Dapat menyebabkan mual, muntah, diare, serta iritasi pada lambung dan usus. Dalam studi pada hewan, penelanan menyebabkan efek neurotoksik berupa hipoaktivitas, ataksia, tremor dan kejang, perubahan pada pola EEG, dan kematian. Efek serupa telah teramati pada manusia yang terpapar pestisida siklodiena terklorinasi. Pada tikus, dosis oral akut menyebabkan nekrosis hati, vakuolisasi sel, steatosis hati, dan peningkatan berat hati relatif. Efek lainnya meliputi peningkatan kadar aldolase, glutamat-piruvat transaminase, bilirubin, alkalin fosfatase dan kolesterol dalam serum.

  • Paparan Jangka Panjang

     

:

Klordan : Dalam studi melalui pemberian dalam makan pada tikus selama dua tahun, konsentrasi 150 bpj dalam diet menyebabkan terhambatnya pertumbuhan yang dapat terlihat, kerudakan hati dan ginjal, kerusakan miokardium, dan luka ringan pada paru; kerusakan paru yang meninggalkan bekas dan peningkatan kemungkinan kematian telah teramati pada konsentrasi 300 bpj dalam diet. Efek serupa dilaporkan terjadi pada kelinci yang diberikan dosis sebesar 5 mg/kg/hari. Klordan menimbulkan neoplasma hati pada mencit setelah pemberian melalui oral. Peningkatan kejadian timbulnya neoplasma sel folikular tiroid dan histiositomas fibrus yang ganas telah dilaporkan terjadi pada tikus. Pemberian klordan melalui oral meningkatkan kejadian timbulnya tumor hati yang terinduksi pada mencit yang diberikan N-nitrosodietilamina melalui oral. Efek reproduktif dilaporkan terjadi pada hewan meliputi penurunan kelangsungan hidup keturunan pada mencit yang diberikan 100 mg/kg/hari selama 4 hari melalui oral; penurunan tingkat kesuburan pada tikus dan mencit; dan eksitabilitas serta tremor pada keturunan yang dipelihara bersama induk yang diberikan zat, tetapi tidak terjadi pada betina yang tidak diberikan zat. Pemberian secara oral pada mencit dan tikus menunjukkan adanya peningkatan dalam terjadinya neoplasma hepatoselular pada mencit jantan dan betina, neoplasma sel folikular tiroid pada tikus, dan histiositomas fibrus ganas pada tikus jantan. Tikus jantan yang diberikan klordan kualitas teknis, memperlihatkan adanya sedikit peningkatan dalam kejadian timbulnya adenoma hati.

Heptaklor :  Paparan jangka panhang menyebabkan toksistas ginjal, efek hematologik, dan adrenotoksisitas pada hewan. Pemberian melalui oral secara berulang pada tikus menyebabkan kejang kronik, opistotonos, hiperefleksia, laju pernafasan yang cepat, dan katarak. Tanda-tanda histologis terjadinya kerusakan parah pada hati, pertambahan berat hati, peningkatan kadar komponen dalam serum yang mengindikasikan kerusakan hati, dan penurunan berat badan, juga teramati dalam studi pada hewan. Penelanan dosis sebesar 1 mg/kg tiap hari selama hampir setahun bersifat mematikan pada anjing. Mencit jantan dan betina yang menerima heptaklor dalam diet selama 10 minggu tidak dapat menghasilkan generasi baru. Penurunan angka kehamilan telah dilaporkan akibat pemberian heptaklor melalui oral pada mencit jantan dan betina untuk dua generasi. Pada tikus jantan dan betina yang diberikan heptaklor, heptaklor oksida, atau campuran keduanya untuk tiga generasi, terjadi peningkatan jumlah fetus yang terserap dan kesuburan menurun seiring dengan generasi berturut-turut. Studi ekologi di Hawaii menemukan adanya peningkatan dalam kejadian timbulnya malformasi kardiovaskular dan dislokasi pinggul pada bayi setelah kontaminasi susu yang tidak disengaja. Tikus jantan dan betina menunjukkan adanya peningkatan dalam kejadian timbulnya neoplasma sel hati. Tikus yang diberikan heptaklor kualitas teknis memperlihatkan adanya peningkatan dalam timbulnya neoplasma sel folikular tiroid.

  1. kontak dengan mata

 

 

  • Paparan Jangka Pendek

:

Dapat menyebabkan iritasi.

  • Paparan Jangka Panjang

:

Data tidak tersedia

  1. Kontak dengan kulit

 

 

  • Paparan Jangka Pendek

:

Klordan: Dapat menyebabkan iritasi. Absorpsi melalui kulit telah menyebabkan penglihatan kabur, perasaan bingung, ataksia, sakit kepala, pusing, rasa lemah dan deliria. Dalam kasus keracunan yang berat, kejang dapat terjadi serta kemungkinan dapat terjadi koma dan kematian. Dalam satu kasus paparan di lingkungan kerja, seorang wanita menjadi kebingungan dan mengalami kejang 40 menit setelah menumpahkan larutan mengandung 25% klordan dan 26% DDT pada pakaiannya. Ia meninggal tak lama kemudian akibat kegagalan fungsi pernafasan. 

Heptaklor : Dosis letal pada kelinci akibat absorpsi serbuk kering melalui kulit adalah sebesar 2000 mg/kg; gejala yang dilaporkan adalah anoreksi parah, hipereksitabilitas, kejang dan kematian. Dosis letal pada tikus akibat absorpsi heptaklor dalam xilena, adalah sebesar 195 mg/kg. Pestisida siklodiena terklorinasi dapat terabsorpsi melalui paru dan menyebabkan efek pada sistem syaraf pusar dengan gejala hipereksitabilitas gerakan yang dapat meliputi kedutan otot, sentakan mioklonik dan serangan kejang. Kejang dapat terjadi dengan disertai kehilangan kesadaran dalam jangka waktu tertentu. Gejala lain dapat meliputi sakit kepala, mual, muntah, perasaan tidak enak badan yang tidak jelas, dan pusing. Dalam kasus paparan konsentrasi besar yang berlebihan, kejang dapat terjadi tanpa gejala terlebih dahulu. Pola EEG abnormal dapat teramati dan dapat bertahan hingga beberapa minggu atau beberapa bulan sementara tidak terdapat tanda-tanda keracunan lainnya yang dapat teramati.

  • Paparan Jangka Panjang

     

:

Klordan : Paparan berulang atau kontak berkepanjangan dapat menyebabkan parestesia, kedutan pada tangan dan lengan kanan, serangan besar pada epilepsi, dan kehilangan kesadaran. Efek lainnya dapat terjadi sebagaimana yang dideskripsikan dalam paparan terhirup jangka panjang. Pemberian sebesar 50 mg/kg pada kulit tikus secara berulang selama 3 – 4 hari dapat menyebabkan kematian 100%.

Heptaklor : Paparan berulang atau kontak berkepanjangan dapat menyebabkan sebagaimana yang dideskripsikan dalam paparan terhirup jangka panjang. Ketika diberikan kepada kelinci sebagai larutan 20% dalam dimetil ftalat, dosis letal kira-kira kurang dari 780 mg/kg, namun ketika diberikan dalam dosis lebih rendah secara berulang, LD50 kira-kira kurang dari 20 mg/kg per hari dan tidak ada yang bertahan hidup setelah pemberian dosis sebesar 28 mg/kg sebanyak 14 kali.

  1. ANTIDOTUM

Data tidak tersedia

 

 

  1. INFORMASI EKOLOGI

    1. Perilaku dan Potensi Migrasi di Lingkungan :

      Biokonsentrasi : 22300 - 8300 µg/L 96 hari BCF (Residu) – Tiram Amerika atau Virginia (Crassostrea virginica) 2,2 µg/L

       

    2. Data Ekotoksisitas :

      • Toksisitas pada Ikan :

        LC50 (mortalitas) 9,1 µg/L selama 96 jam Oncorhyncus mykiss (Rainbow trout, Donaldson trout)

      • Toksisitas pada Invertebrata :

        EC50 (immobilisasi)  24 µg/L selama 48 jam Daphnia pulex (Kutu air )

      • Toksisitas pada Alga :

        Fotosintesis 0,1 - 100 µg/L selama 48 bulan – Chlamydomonas sp (Alga hijau)

                  

       

  1. KONTROL PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI

  1. Batas paparan :

    (sebagai Klordan)

    0,5 mg/m3 OSHA TWA (kulit)

    0,5 mg/m3 ACGIH TWA (kulit)

    0,5 mg/m3 NIOSH TWA 10 jam yang direkomendasikan (kulit)

    0,5 mg/m3 DFG MAK (total partikel, 4 kali/shift)

    (sebagai Heptaklor)

    0,5 mg/m3 OSHA TWA (kulit)

    0,05 mg/m3 ACGIH TWA (kulit)

    0,5 mg/m3 NIOSH TWA 10 jam yang direkomendasikan (kulit)

    0,5 mg/m3 DFG MAK (total partikel, 4 kali/shift)

     

  1. Metode Pengambilan Sampel :

    Klordan (NIOSH III # 5510)

    -          Analit : Klordan

    -          Matriks : Udara

    -          Sampler : Filter partikel/Kolom Chromosorb ®

    Heptaklor (NIOSH II(5) # S287)

    -          Analit : Heptaklor

    -          Matriks : Udara

    -          Sampler : Kolom Chromosorb ®

     

  1. Metode/ prosedur pengukuran paparan :

    Analisis klordan dan heptaklor dilakukan dengan peralatan kromatografi gas dengan sistem detektsi penangkap elektron (electron capture detection). Sebelumnya sampel diekstraksi terlebih dahulu dengan toluen.

  1. Ventilasi :

    Sediakan peralatan penyedot udara atau sistem ventilasi proses tertutup. Pastikan sesuai dengan batas paparan yang ditetapkan.

  1. Alat pelindung diri :

  • Respirator :

    Respirator dan konsentrasi maksimum penggunaan berikut dikutip dari NIOSH dan/atau OSHA.

    Unsur yang diukur : F

    Paparan 30 bpj

    Jenis respirator yang digunakan :

    • Pada paparan konsentrasi berapa saja yang terdeteksi

      • Alat pernafasan serba lengkap jenis apa saja dengan pelindung wajah penuh yang dioperasikan sesuai dengan tekanan yang dibutuhkan atau mode tekanan-positif lainnya.

      • Respirator dengan pasokan udara jenis apa saja dengan pelindung wajah penuh yang dioperasikan sesuai dengan tekanan yang dibutuhkan atau mode tekanan-positif lainnya dikombinasikan dengan peralatan pasokan udara penyelamatan yang terpisah.

    • Tidakan penyelamatan :

      • Respirator pemurnian udara jenis apa saja dengan pelindung wajah penuh, selongsong untuk uap organik serta filter partikel berefisiensi tinggi.

      • Alat pernafasan serba lengkap jenis apa saja yang sesuai.

    • Untuk konsentrasi yang tidak diketahui atau seketika/ langsung berbahaya terhadap kehidupan atau kesehatan

      • Respirator dengan pasokan udara jenis apa saja dengan pelindung wajah penuh yang dioperasikan sesuai dengan tekanan yang dibutuhkan atau mode tekanan-positif lainnya dikombinasikan dengan pasokan udara keselamatan yang terpisah.

      • Alat pernafasan serba lengkap dengan pelindung wajah penuh.

  • Pelindung Mata :

    Gunakan  kacamata  keselamatan yang tahan pecahan yang dilengkapi dengan pelindung wajah. Jangan gunakan lensa kontak ketika bekerja dengan bahan kimia ini. Sediakan kran air pencuci mata untuk keadaan darurat dan semprotan air deras di sekitar lokasi kerja.

     

  • Pakaian :

    Gunakan pakaian pelindung tahan bahan kimia yang sesuai

     

  • Sarung Tangan :

    Gunakan sarung tangan tahan bahan kimia yang sesuai.

     

  • Sepatu : Data tidak tersedia

  1. TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA

  1. Jika terhirup

     

:

Jika aman untuk memasuki area, jauhkan korban dari paparan. Segera jauhkan korban dari paparan. Gunakan masker berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan buatan (pernafasan keselamatan) jika diperlukan. Segera bawa ke dokter.

Catatan untuk dokter, jika terhirup, pertimbangkan pemberian oksigen.

  1. Jika tertelan

     

:

Jangan dirangsang untuk muntah atau memberikan minum kepada korban yang tidak sadar. Jika terjadi muntah, jaga posisi kepala agar lebih rendah dari pinggul untuk mencegah aspirasi. Jika korban tidak sadar, palingkan kepala ke samping. Segera bawa ke dokter.

Catatan untuk dokter : Jika tertelan, pertimbangkan pembilasan lambung, dan pemberian bubur karbon aktif. Pertimbangkan pemberian oksigen. Hindari pemberian lemak.

  1. Jika terkena mata

     

:

Bilas mata segera dengan air yang banyak atau larutan garam fisiologis, sambil sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah hingga tidak ada bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke dokter.

  1. Jika terkena kulit

     

:

Petugas tanggap darurat harus mengenakan sarung tangan dan menghindari kontaminasi. Lepaskan segera pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkontaminasi. Basuh bagian yang terkontaminasi dengan sabun atau deterjen lunak dengan air yang banyak hingga tidak ada bahan kimia yang tertinggal (setidaknya selama 15 menit). Segera bawa ke dokter jika diperlukan.

  1. TINDAKAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

  1. Bahaya ledakan dan kebakaran

:

Bahaya kebakaran dapat diabaikan.

  1. Media pemadam

:

Kebakaran kecil : Gunakan bahan kimia kering, CO2,  busa atau dengan menyemprotkan air yang banyak.

Kebakaran besar : Gunakan busa, kabut atau dengan menyemprotkan air yang banyak.

  1. Tindakan pemadaman

     

     

:

Pindahkan kemasan dari lokasi kebakaran jika dapat dilakukan tanpa risiko. Padamkan api besar dari lokasi terlindungi atau jarak yang aman. Jaga agar posisi jauh dari ujung tangki. Bendung tumpahan untuk pembuangan lebih lanjut. Jangan menghamburkan bahan yang tumpah dengan aliran air bertekanan tinggi. Jangan berusaha memadamkan api sebelum aliran bahan dapat dihentikan terlebih dahulu. Gunakan media pemadam yang sesuai. Alirkan air yang banyak. Dinginkan kemasan dengan menyemprotkan air yang banyak hingga api benar-benar padam. Gunakan air dari lokasi terlindungi atau jarak yang aman. Hindari penghirupan bahan atau produk hasil pembakaran. Jaga agar posisi berdiri berlawanan dengan arah angin dan hindari daerah yang rendah. Gunakan peralatan penyelamatan serba lengkap yang dilengkapi penutup wajah penuh dan dioperasikan pada tekanan yang sesuai atau mode tekanan positif lainnya.

 

 

  1. Produk pembakaran yang berbahaya

:

Data tidak tersedia

 

  1. TINDAKAN PENANGANAN TUMPAHAN/ BOCORAN

Cara penanggulangan tumpahan/ bocoran jika terjadi emisi:
 

  1. Di tempat kerja

     

     

:

  • Jangan sentuh bahan yang tumpah. Hentikan kebocoran jika dapat dilakukan tanpa risiko. Kurangi uap dengan menyemprotkan air.

  • Tumpahan sedikit : Absorbsi dengan menggunakan pasir atau bahan lain yang tidak dapat terbakar. Kumpulkan tumpahan ke dalam kemasan yang sesuai untuk pembuangan.

  • Tumpahan sedikit dan kering : Jauhkan kemasan dari lokasi tumpahan dan pindahkan ke tempat yang aman.

  • Tumpahan banyak : Bendung tumpahan untuk pembuangan lebih lanjut. Isolasi daerah bahaya dan orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Beri ventilasi pada tempat yang tertutup sebelum memasuki area.

  1. Ke udara

: Kurangi uap dengan menyemprotkan air. Jaga agar posisi berdiri berlawanan dengan arah angin dan hindari daerah yang rendah.
  1. Ke air

:

Bahan yang tumpah dibendung dengan bendungan di dasar penahan air cekung, area penahan yang digali atau dalam tanggul kantong pasir. Absorpsi dengan menggunakan karbon aktif. Kumpulkan tumpahan menggunakan peralatan mekanis.

  1. Ke tanah

:

Gali tempat penampungan seperti lagoon, kolam atau lubang. Bendung tumpahan untuk pembuangan lebih lanjut. Absorbsi dengan menggunakan pasir atau bahan lain yang tidak dapat terbakar. Kumpulkan tumpahan dengan bahan penyerap ke dalam kemasan yang sesuai.

 

  1. PENGELOLAAN LIMBAH

Sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

 

  1. INFORMASI TRANSPORTASI


 

  1. Pengangkutan Udara IATA/ ICAO : Data tidak tersedia

  1. Pengangkutan Laut IMDG :

    Kode instruksi kemasan : P001 (IMDG Code)

    Kelompok kemasan : I

  1. INFORMASI LAIN

Nomor RTECS :  TD8400000

Nomor EINECS : 200-349-0 (Klordan); 200-962-3 (Heptaklor)

  1. PUSTAKA

 

PENYUSUN

Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan POM