MERKURI YANG TERBUANG KE LINGKUNGAN DARI KEGIATAN PERTAMBANGAN EMAS SKALA KECIL (PESK)

Pengolahan emas dengan merkuri pada pertambangan emas skala kecil (PESK) masih banyak dilakukan hanya sebagian kecil saja yang telah beralih ke proses yang tidak mengunakan merkuri seperti penggunaan sianida, boraks ataupun pemisahan secara fisik dengan didulang ( diayak) hal ini yang menjadikan merkuri terdapat pada lingkungan sekitar kegiatan pengolahan sebagai sisa proses ataupun yang terbuang begitu saja ke media lingkungan.

Lokasi pertambangan emas biasanya pada kontur yang berbukit-bukit dan PESK dalam mencari batuan tambang (ore) bekerja secara berkelompok dengan menggunakan peralatan yang sederhana seperti cangkul, linggis, palu, skop untuk membuat suatu lubang baik horizontal maupun vertical dengan pengamanan lubang yang sangat sederhana. Batuan yang didapat akan dibagikan pada seluruh penambang yang ada dikelompoknya dan pada pemilik lubang / lahan dengan pembagian sesuai dengan yang disepakati, selanjutnya hasil batuan yang didapat akan dibawa masing-masing penambang dengan wadah karung dan diangkut dengan sepeda motor ke rumah masing-masing untuk dilakukan pengolahan menjadi emas.

Proses pengolahan emas dilakukan di dekat rumah penambang tersebut, dengan menggunakan alat gelundung yaitu alat untuk menggiling batuan yang dicampur dengan merkuri. Adapun urutan proses tersebut sebagai berikut :

1.Batuan alam yang didapat dari lubang tambang atau disebut ore sebelum diproses dalam gelundung dilakukan penghalusan dengan ditumbuk secara manual menggunakan palu atau alat penumbuk yang lain.

2.Batuan diisikan dalam gelundung yang berbentuk silinder dengan ukuran berbeda-beda, ada yang panjang 50 cm diameter 32 cm diisi dengan batuan halus (ore) dengan jumlah antara 9 – 11 kg dan air kurang lebih sebanyak 20 liter atau sampai hampir penuh dan merkuri secukupnya disesuaikan dengan jenis batuannya, juga berdasarkan kebiasaan mereka dan ditambahkan juga satu genggam semen dengan maksud katanya dapat mengikat logam lainnya sebagai pengotor seperti tembaga dan perunggu dan ditambah 1 sendok makan detergen berdasar pengalaman mereka dapat meredam suara putaran gelundung.Untuk lebih mempercepat penghancuran dan pencampuran dalam gelundung juga diisi besi batangan yang panjangnya disesuaikan dengan ukuran gelundungnya dengan jumlah antara 3 sampai 4 batang. Lama pemutaran gelundung juga disesuaikan dengan jenis batuan yang diolah, bila yang diolah batuan lunak/alluvial cukup diputar dengan lama waktu 3 – 5 jam, sedang bila jenis batuannya keras pemutaran bisa sampai 24 jam

3. Setelah selesai dari penggilingan selanjutnya gelundung dibuka dan dikeluarkan hasil penggilingan tersebut untuk ditampung dalam suatu wadah (ember) selanjutnya sisa-sisa yang masih menempel pada gelundung dibersihkan dengan cara menggelontorkan air dengan menggunakan selang. Diketahui pada pembersihan ini terdapat limpasan air yang berlebih dari tempat penampungan sehingga ada indikasi terdapat merkuri yang terikut keluar dari tampungan menuju ke bak penampungan limbah yaitu ke kolam tailing. Kolam tailing ada yang kedap air dan ada yang tidak kedap sehingga bisa meresap ke tanah.

4. Proses selanjutnya dari tempat penampungan yang berisi lumpur dan merkuri dibersihkan dengan menambahkan air hingga tersisa campuran merkuri yang dimungkinkan mengandung emas dan logam lainnya dapat diambil dari dalam ember tersebut

5. Campuran merkuri yang didapat dari penampung tersebut dilakukan pemerasan dengan menggunakan kain. Hasil pemerasan biasa disebut bullion dan cairan yang keluar dari pemerasan berupa merkuri ditampung kembali untuk nantinya dapat digunakan kembali pada proses berikutnya. Bulion masih merupakan campuran antara logam emas, perak dan sedikit merkuri yang masih menempel.

6. Untuk memisahkan logam yang mengandung emas dari merkuri yang masih menempel dilakukan pembakaran. Pembakaran bullion oleh penambang emas tradisional masih dilakukan dengan cara terbuka sehingga merkuri yang masih terikat dalam billion tersebut akan menguap ke udara sebagai pencemar tanpa bisa diambil kembali

7. Dari hasil pembakaran didapatkan emas yang masih belum murni karena masih terdapat kandungan impuritas logam lainnya seperti perak ataupun tembaga selanjutnya penambang akan menjual ke toko emas lokal untuk dimurnikan kembali di lokasi toko emas.

Dari proses di atas dapat diketahui merkuri yang terbuang ke lingkungan pada tahapan proses yaitu pada tahap penampungan hasil dari proses penggilingan di gelundung setelah dibuka kemudian disalurkan ke penampungan terjadi luber dan terbuang ke penampungan tailing dan pada saat pembakaran bullion.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah melakukan kegiatan pemetaan dampak merkuri terhadap lingkungan diantaranya dengan melakukan pengukuran dan perhitungan langsung dengan metodologi AGC UNEP (O’Neill, 2017) digunakan untuk mempermudah dalam perhitungan merkuri yang digunakan dan yang terbuang ke lingkungan pada proses pengolahan emas di Pertambangan Emas Skala Kecil. Pada tahun 2018 telah dilakukan pengukuran di 5 lokasi yang menggunakan merkuri yaitu di Sekotong-Kabupaten Nusa Tenggara Barat, Tobongan- Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Dharmasraya sedang pada tahun 2019 ini dilakukan di 3 lokasi yaitu di Kabupaten Kulon Progo, Kotabunan – Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan di Kabupaten Pacitan.

Dari kedelapan lokasi yang dilakukan pengukuran tersebut dalam sekali proses merkuri yang terbuang ke tanah / air dapat mencapai terendah 2.01 gram dan tertinggi hingga mencapai 941 gram sedang merkuri yang terbuang ke udara pada proses pembakaran billion berkisar antara 0,21 gram hingga 9,71 gram.

Rata-rata hari aktif mereka melakukan proses pengolahan emas dalam 1 bulan ada 20 – 25 hari, bila diambil batas maksimal 25 hari per bulan maka merkuri (Hg) yang terbuang ke lingkungan (air/tanah dan udara) dalam satu tahun rata-rata 666 gram sampai 285213 gram untuk tiap proses pengolahan.

Dengan menggunakan metode metodologi AGC UNEP (O’Neill, 2017) pula dapat diketahui penggunaan merkuri yang efektif untuk menghasilkan 1 gram emas murni, kondisi ini juga berbeda-beda disesuaikan dengan jenis batuannya seperti batuan keras dan batuan lunak. Untuk batuan yang keras akan lebih banyak membutuhkan merkuri dibanding dengan batuan lunak / alluvial. Dari ke 8 lokasi tersebut di atas, KLHK telah melakukan pengukuran langsung terhadap perbandingan penggunaan merkuri untuk menghasilkan 1 gram emas murni (ratio Hg : Au) dengan masing-masing hasil sebagai berikut :

Perbandingan Hg : Au ini dapat digunakan sebagai takaran dalam penggunaan merkuri dalam mengolah emas di masing-masing daerahnya agar tidak berlebihan

Dapat dibayangkan bila merkuri telah terbuang ke lingkungan baik ke media air, tanah maupun ke udara yang akan terkena dampaknya adalah makhluk hidup yang ada disekitarnya mulai dari tanaman, (padi, singkong dan tanaman sebagai makan pokok lainnya) ataupun biota seperti ikan sebagai rantai makanan akhirnya akan dikonsumsi oleh manusia. Manusia juga dapat secara langsung terkena dampak merkuri dari udara melalui proses pembakaran billion, yang berada disekitarnya akan berpotensi menghirup merkuri ini bila tidak berhati-hati dan menggunakan alat pelindung diri.

Sebenarnya ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah merkuri yang terbuang ke lingkungan hal ini berdasar pengamatan dan pendampingan yang telah dilakukan oleh tim KLHK pada pengolah emas dan penambang, diantaranya sebagai berikut :

1.Menentukan jenis batuan, tidak semua batuan membutuhkan merkuri yang sama, untuk batuan keras dibutuhkan lebih banyak dari batuan lunak atau jenis alluvial. Rata-rata pengolah emas menggunakan jumlah merkuri yang sama untuk semua jenis batuan , biasanya disamakan dengan kebiasaan yang telah dilakukan selama ini. Apabila penggunaan merkuri disesuaikan dengan jenis batuannya akan meminimasi pula penggunaan merkuri dan jumlah merkuri yang terbuang.

2.Pada penampungan hasil proses penggilingan dari gelundung, rata-rata ditampung langsung di wadah yang tidak terlalu besar dengan digelontor menggunakan air yang berlebih dan deras, hal ini akan berpotensi merkuri banyak yang terikut terbawa aliran air (over flow) tidak sempat mengendap dalam wadah. Apabila sebelum ditampung dalam wadah terdapat penyaring / filter untuk mencegah merkuri yang terbuang bersama air dan air yang digelontorkan tidak terlalu banyak dan deras, tentu akan dapat meminimasi merkuri yang terbuang ke lingkungan.

3.Pada proses pembakaran billion, rata-rata dilakukan ditempat terbuka yang berada didekat rumah tinggalnya, tidak menggunakan retort (alat penangkap merkuri yang menguap), hal ini menambah jumlah merkuri yang terbuang ke lingkungan khususnya yang ke udara dan tentu saja membahayakan kesehatan pengolah itu sendiri dan anggota keluarganya

Dampak-dampak merkuri pada kesehatan manusia sebagaimana diketahui apabila terpapar oleh uap merkuri dapat mengalami gangguan saluran pernafasan atau paru-paru dan gangguan berupa kemunduran pada fungsi otak. Kemunduran tersebut disebabkan terjadinya gangguan pada korteks. Garam-garam merkuri yang masuk kedalam tubuh, baik karena terhisap ataupun tertelan akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran pencernaan, hati dan ginjal. Kontak langsung dengan merkuri melalui kulit akan menimbulkan dermatitis lokal, tetapi dapat juga meluas secara umum bila terserap tubuh dalam jumlah yang cukup banyak karena kontak yang berulang-ulang.

Pengolah emas selama ini bekerja tanpa menggunakan alat pelindung diri apapun sehingga berpotensi langsung kulit bersentuhan dengan merkuri dan sangat mungkin menghirup uap merkuri, untuk meminimasi dampak bahaya merkuri tersebut seharusnya pengolah emas menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan karet yang tahan tembus dan sepatu karet, serta masker dan baju khusus untuk kerja dengan celana dan lengan panjang.

Sumber Data :

1.Hasil Pemetaan Dampak Merkuri terhadap Lingkungan, Kesehatan dan Sosial Ekonomi Masyarakat pada sekitar lokasi Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK), di Sekotong -Kabupaten Nusa Tenggara Barat, Tobongan- Kabupaten Bolalaang Mongondow Timur, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Dharmasraya, Tahun 2018

2.Hasil Pemetaan Dampak Merkuri terhadap Lingkungan pada sekitar lokasi Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) di Kabupaten Kulon Progo, Kotabunan – Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan di Kabupaten Pacitan Tahun 2019;

3.The Dangers of Mercury Exposure to Your Health. http://www.globalhealingcenter.com/natural-health/the-dangers-of-mercury-exposure-to-your-health/. Accessed 21/03/2017.

B3 dan POPs merkuri b3 pesk Pengelolaan b3

Views: 1547