Workshop Pathway Peningkatan Kesadartahuan Polychlorinated Biphenyls (PCBs) di Indonesia


Sebagai bagian dari program nasional tentang Polychlorinated Biphenyls (PCBs), lokakarya pathways dalam “Penghapusan PCBs di Indonesia" dirancang untuk membangun forum diskusi antar pemangku kepentingan terkait untuk bersama-sama mendukung rencana pelaksanaan penanganan limbah serta pengelolaan peralatan yang terkontaminasi PCBs secara ramah lingkungan. Lokakarya ini merupakan kerjasama antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) bertujuan untuk menyampaikan informasi tentang PCBs ke para pemangku kepentingan serta menjalin komunikasi secara vertikal (KLHK dengan para pemangku kepentingan) dan horizontal (antar pemangku kepentingan) dalam upaya untuk penghapusan PCBs di Indonesia.

Tujuan utama dari lokakarya bagi pemangku kepentingan kepemerintahan adalah untuk memberikan:

Garis besar konsep dan materi yang disampaikan dalam lokakarya adalah:

No. Sesi/Topik Lokakarya Deskripsi Singkat Nara Sumber
1. Informasi mengenai kebijakan Pemerintah mengenai pengelolaan B3 dan limbah B3 (khususnya terkait PCBs) Komitmen Pemerintah dalam hal penanganan POPs terutama PCBs (misal: ratifikasi konvensi international, penyusunan NIP, rencana penyusunan peraturan perundangan) Kemajuan dan capaian penanganan POPs selama ini dan rencana ke depan KLHK
2. Penyebaran informasi tentang Analisis Risiko dari POPs terutama PCBs serta pembelajaran dari negera lain di Asia Tenggara Penyampaian materi terkait analisis risiko dari POPs dan kontaminasi lahan (risiko terhadap ekosistem, kesehatan manusia) Pengelolaan risiko (penyusunan rencana mitigasinya sesuai dengan tingkat risiko) Contoh kasus di negara lain terkait penanganan lokasi terkontaminasi POPs Hatfield (Rob D’Eon) - Yuyun Ismawati
3. Penyebaran informasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkait identifikasi dan penanganan POPs Pemaparan dari tenaga ahli dari akademisi terkait ekotoksikologi POPs terutama PCBs Kapasitas dan kemampuan laboratorium di Indonesia dalam menganalisis POPs terutama PCBs Kondisi di negara lain di Asia Tenggara dan teknologi yang diadopsi untuk penanganan POPs Dr. Etty Riani Laboratorium (Reg de Wit – INTERTEK) Stephen Tang for aquatic sampling methodologies
4. Penyebaran informasi terkait strategi komunikasi yang efektif dan peran Lembaga Non Pemerintah dalam kampanye POPs terutama PCBs Peta organisasi non pemerintah dan potensi peran dalam program kampanye penanganan POPs secara berkelanjutan Startegi komunikasi yang efektif ke depan secara berkelanjutan dalam hal pengetahuan, kepedulian dan penanganan POPs di masyarakat. Sinergi dengan lembaga-lembaga lain (Pemerintah) Balifokus

Peserta yang hadir dalam kegiatan ini adalah :

  1. Perusahaan pengolah limbah
  2. Perusahaan jasa laboratorium
  3. LSM
  4. Lembaga Penelitian dan Universitas
  5. BLH Daerah
  6. Asosiasi Profesi

Capaian kegiatan Workshop Pathway Peningkatan Kesadartahuan Polychlorinated Biphenyls (PCBs) di Indonesia adalah :

  1. Tersosialisasinya kegiatan kepada kalangan lembaga non pemerintah, akademisi dan lembaga penelitian terkait komitmen dan kebijakan pemerintah, serta capaian dan rencana ke depan terkait penanganan POPs
  2. Tersebarnya informasi mengenai analisis risiko lokasi yang terkontaminasi POPs/B3 dan prosedur penanganannya, serta contoh kasus di Negara lain di Asia Tenggara
  3. Tersebarnya informasi ilmu pengetahuan dan teknologi terkini terkait POPs/B3 dan penanganannya
  4. Tersebarnya strategi komunikasi jangka panjang terkait pengetahuan dan kepedulian POPs/B3 serta langkah mitigasinya bagi berbagai kalangan/pihak



Dokumentasi Workshop Pathway Peningkatan Kesadartahuan Polychlorinated Biphenyls (PCBs) di Indonesia.

Gambar 1. Registrasi Peserta Workshop Gambar 2. Narasumber kegiatan workshop

Gambar 3. Penyampaian Materi dari Intertek Gambar 4. Peserta Workshop Pathway Peningkatan Kesadartahuan PCBs di Indonesia.

Gambar 5. Sesi Diskusi dengan Peserta Gambar 6. Foto bersama peserta dan narasumber workshop

NOTULENSI

LOKAKARYA

PENINGKATAN KESADARAN POLYCLORINATED BIPENYLS (PCBs) DI INDONESIA

Jakarta, 09 Juni 2016


SESI DISKUSI I

1.Ir. Yun Isnaini M.Sc

Informasi kebijakan penanganan PCBs di Indonesia

Dengan meningkatnya jenis dan jumlah impor dan produksi B3, meningkatnya pengunaan B3 pada berbagai sektor industri mendorong pengelolaan atau kesadaran akan bahayanya limbah B3. Konvensi Stockholm mendasari untuk mengelola limbah B3. Landasan hukum pengelolaan B3 dengan adanya Undang Undang dan Peraturan Pemerintah yang telah ada. Kewajiban pengelolaan B3 dimulai saat limbah itu masuk, yang sudah di atur dalam peraturan perndangan. Arahan kebijakan pengelolaan mendorong penggunaan “green chemical”. Kerjasama internasional dalam pengelolaan B3 di tingkat global seperti yang di lakukan Indonesia dalam konvensi Stockholm. Pemusnahan PCBs sudah masuk dalam Renstra KLHK 2015-2019. Penanganan PCBs dengan bantuan UNIDO dimulai tahun 2008 telah melakukan inventori PCBs sampai saat ini. Langkah-langkah pengurangan dan penghapusan PCBs harus didukung oleh SDM yang berkompeten untuk melakukan kewajiban konvensi, peraturan perundangan juga harus di perbaharui dan inventori harus dilakukan terus menerus, sarana juga harus segera buat untuk mendukung penghapusan PCBs.

2.Rob D’Eon

Analisis resiko POPs/PCBs terdapat lingkungan (biotik dan abiotik) dengan contoh kasus penanganan agent orange di Vietnam.

PCBs di produksi dalam sekala besar dimulai tahun 1920. PCBs banyak di temukan dalam minyak trafo , lem, cat, dll. PCBs bersifat persistent akumulasi, dan tidak larut dalam air, pergerakannya mobile, merugikan bagi kesehatan manusia. Pada studi casus di Vietnam tahun 1994 tentang agent orange yang memiliki kemiripan dengan PCBs. Pada Perang di Vietnam banyak disemprotkan agent orange di berbagai tempat seperti hutan dan mangrove. Agent orange ini merupakan zat yang persistent dan karsinogen. Penelitian Hatfield memuat akan Hotspot theory, agent orange terbesar ditemukan bukan di hutan melainkan terdapat di tempat basis tentara amerika dan daerah lain yang terlewati. Hotspot teory dapat mengidentifikasi lokasi-lokasi yang terkontaminasi agent orange.

3.Yuyun Ismawati

Analisis resiko POPs/PCBs terhadap kesehatan manusia. Dampak paparan POPs dan PCB s terhadap kesehatan manusia.

POPs merupakan organik sintetik dan persisten di lingkungan. Pada tahun 2001 terdapat 12 POPs dan pada tahun 2009 ditemukan beberapa POPs baru. Bukan hanya dalam bahan electrical saja di temukan PCBs tetapi dalam bahan lain seperti papelines, weirs and sluices tanks, cable and heats dan lain- lain yang terdapat dalam anti corrosion coating. Dampak serius terhadap kesehatan, konsenterasi rendah PCBs dapat menyebabkan kanker, kelainan bawaan gangguan system kekebalan tubuh, gangguan system reproduksi, gangguan hormone dan lain-lain. Kasus yang popular mengenai PCBs yaitu Yusho (jepang, 1968) dan Yu-cheng (Taiwan, 1979). Strategi pencegahan PCBs antara lain larangan penggunaannya dalam berbagai aplikasi, mengindari perjalanan langsung PCBs, mengindari bermukim di sekitar pabrik, fasilitas, atau TPA yang menganai PCB, hindari makanan berlemak, dan sebagainya.

Strategi komunikasi yang efektif untuk menyebarluaskan teknologi dan metode identifikasi dan deteksi POPs.

Peran komunikasi yaitu memberikan informasi umum kepada masyarakat tentang PCBs dari resiko. Strategi komunikasi PCB dengan memilih target audiansi dan pemangku kepentingan. Menentukan target komunikasi dengan pesan yang akan di komunikasikan. Seperti identifikasi sumber, resiko lingkungan dan kesehatan, prosedur penyimpanan dan teknologi pemusnahan PCBs. Menentukan alat komunikasi harus di sesuaikan dengan target komunikasi. Budgeting komunikasi di sesuaikan dengan budgeting proyek. Evaluasi juga harus di lakukan setiap saat.

No. Masukan Tanggapan
Herni purwaningsih IPB

1.

Dalam Reporting PP 101 tahun 2014 disebutkan beberapa contoh B3, kami menggunakan bahan dalam B3 tersebut untuk penelitian. Bagaimana cara mereportingnya? Dan bagaimana pelaporannya? Yun : Yang akan kita sasar pertama yaitu prodsen, industri yang menggunakan B3 memang sulit untuk melaporkan. Untuk saat ini pengguna untuk laboratorium penelitian belum di wajibkan melaporkan. Nanti akan di pertimbankan untuk pengguna karena selama ini hanya pelaku usahanya dalam pelaporan.

2.

Bagaimana peran hatfield dalam Investigasi PCBs? Rob:
Mendukung gagasan akan teknologi dalam transportasi, penanganan dan pemusnahan limah b3
Faisal Makasar KLHK

1.

Ada industri transformer di daerah kami yan mengandung PCBs, mereka tidak mengerti akan pengumpulan limbah B3 dan cara penanganan B3. Apakah boleh dilimpahkan saja ke PPLI? Yun: Penanganan dan teknologi pemusnah untuk PCBs belum ada di Indonesia. Untuk saat ini bagi bagi industri yang menghasilkan limbah PCBs cukup melaporkan dan menampungnya dahulu.

2.

Apakah KLHK bisa memberikan sosialisasi terhadap PCBs didaerah kami? Yun: Sosialisasi dapat di lihat dalam situs KLHK dan sosialisasi dapat dilakukan secara bersama-sama
Hilda LSM

1.

Skema tentang perjalanan Stockholm, pada taun 2001 sudah mulai inventori pcb, butuh waktu 10 tahun untuk concern? Mengapa begitu lama dan bagaimana untuk mempercepat? Yun: Delisting melalui komunikasi internasional. Selama ini mencari teknologi yang tepat karena tidak boleh di bakar. Presiden saat ini sedang melakukan percepatan terutama sarana pemusnah B3 sangat penting oleh karena itu pemerintah akan mempercepat sarana pemusnah B3
Yoga

1.

Ketika melakukan investigasi b3 kenapa PP 72 tahun 2001 tentang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun tidak dirubah karena ada hal baru yang di temukan di lapangan. Karena kita tidak punya landasan peraturan untuk menangani beberapa hal baru yang di temukan dilapangan Yun: PP 74 2001 saat ini sedang di revisi, mudah-mudahan tahun depan dapat di sah kan dan di terapkan.
Nelson BLH Riau

1.

Data hasil identifikasi atau produk-produk apa saja yang mengunakan PCBs sebaiknya disampaikan ke daerah, karena didaerah kesulitan untuk mendapatkan informasi tersebut Yun: Nanti akan disampaikan hasil inventori terhadap PCBs di daerah-daerah.

2.

Bagaimana penanganan POPs atau PCBs di lapangan Yuyun: Jika kita menemukan PCBs di lapangan, penanganan pertama jangan membakar nya seperti kaleng cat, kabel dll. Biasanya di setiap kota memiliki TPA khusus. Hal ini juga bergantung juga TPA kota limbah B3.

3.

Bagaimanan pengujian atau dimana tempat pengujian Yun: Belum banyak lab yang bisa mengui PCBs. Hanya parameter2 kunci. Rob:

Untuk masalah tempat pengujian atau Laboratorium nanti akan di jawab oleh kolega kami

Novian IPB

1.

Oli transformer untuk generasi pertama mengandung PCBs, bagaimana situasinya saat ini apakah bisa terlacak? Yun: Setelah konvensi pemerintah bekerjasama dengan bbpt, mudah-mudahan akan segera terwujud teknologi yang dapat melacak PCBs

2.

Teori hotspot yaitu mengenai tempat penyimpanan yang paling besar paparannya. Bagaimana cara untuk kerjanya? Rob : Berdasarkan Analisis resiko yaitu mencari lokasinya paparan terbesar dan sebesar apa paparannya.

SESI DISKUSI II

Dr. Etty riani

1.Ekotoksikologi PCB dan POP

PCBs yang ada di air akan berada juga di dalam sedimen, sedangkan PCBs yang ada di udara akan turun ke tanah. Jumlah yang banyak di lingkungan ini dapat di absorbsi manusia dengan proses rantai makanan. Ada berbagai kegiatan yang menimbulkan PCBs yaitu pengerukan perairan. Tingginya efek rumah kaca juga dapat menimulkan PCBs. Sumber pcb di lingkungan yaitu dari kendaraan, limbah perkotaan, sampah plastik, pestisida. PCBs di lingkungan yang ada di udara bisa langsung masuk ke manusia. B3 (POPs) berdampak kronis, akut dan sistemik. Dampak PCB dapat terindentifikasi melalui rambut, kulit, telinga, otak, fungsi jaringan nekrosis, kardiovascular, muscular dan sebagainya. Ada dua macam senyawa pcb yaitu struktur koplanar dan strukur non koplanar. Efek yang ditimbulkan oleh PCB antara lain Syaraf terganggu, tingkah laku mudah berubah, mudah emosi, gerak impuls pada syaraf tidak terkontrol dan system kardio vascular.

2.Reg Dewit

Teknik deteksi pops yang digunakan oleh penyedia jasa analisis laoratorium

Ada banyak faktor yang dipertimbangkan dan banyak itm yang harus ditinjau dalam memilih laoratorium. Tidak hanya yang memiliki logo KAN ada hal lain juga dapat diandalkan yaitu dalam memenuhi standar nasional dan kriteria proyek anda. Biasanya badan sertifikasi suatu negara mempersyaratkan partisipasi dalam program ujian proficiency test.

3.Stephen Tang

Teknologi pengambilan sampel air untuk analisis POPs proses chain of custody (CoC) dalam pengiriman sampel

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel air antara lain Eteroenitas, kontaminasi yang bereda2 di suatu tempat dan metoda IMS atau metode yang digunakan. Untuk menajemen quality data mepat menggunakan sampel design yang tepat, metode sampling yang tepat dan lain-lain

No. Masukan Tanggapan
Herni purwaningsih IPB

1.

Apa pendapat anda jika suatu client memelilih akreditasi lab dahulu dalam teder dan baru performance Reg: Di kanada performance bisa dilakukan atau diketahui secara online, akan tetapi KAN di Indonesia tidak bisa. Sebagian besar untuk keperluan tender memnang hanya memerlukan sertifikat akreditasi tidak memikirkan performancenya. Di tempat kami melakukan keduanya.

2.

Apakah pernah gagal dalam melakukan ujian proficiency ? Reg: Ada beberapa yang pernah gagal, dalam perusahaan memunyai grafik dari tahun 2008 dan mengalami peningkatan. kami punya weekly meeting untuk mengevaluasi hal tersebut.
Siti Naimah Balai Besar Perindustrian

1.

Masalah pengujian, pelatihannya belum di persiapkan. Dahulu kita pernah mendapatkan pelatihan. Tetapi tidak ada kelanjutannya. Ketertinggalannya lama sekali, mengapa demikian? Dan bio essay sangat sulit di lakukan di Indonesia apakah benar? Etty: Kita tidak pernah membuat kebijakan yang terus menerus karena keterbatasan pergantian pemerintahan. Dokumen perencanaan sudah ada tahun 2014 telah dibuat oleh KLH diharapkan implementasinya dapat segera di laksanakan. Di KLH saat ini belum menggunakan bio essay, hal ini dapat dilakukan ke hewan yaitu jaringannya menggunakan istopatologi. Bisa dilakukan di Indonesia dan alatnya sudah ada.
Rio

1.

Uji pcb terhadap minyak trafo apakah pernah dilakukan di intertek. bagaimana trendnya? Dextil untuk screening pcb itu bagaimana? Reg: Kita tidak melakukan pengecekan PCBs di minyaktrafo, tetapi pernah dilakukan di air dan tanah.

2.

Slide no 13 kapan kita memutuskan untuk melakukan pengambilan tanah? Stephen: Sudah direncanakan terlebih dahulu, sebagai contoh area eksafasi, pertama ambil sampel pada layer pertama jika positif baru sisanya di lapisan berikutnya. Dan juga karena masalah anggaran sehingga di lakukan opsi seperti itu.

Views: 1706