DATABASE TEKNOLOGI LINGKUNGAN


Rekapitulasi Jumlah Koleksi dalam Database
No Kategori Jumlah
1 Teknologi Pengolahan Air Bersih 104
2 Teknologi Pengolahan Air Limbah 86
3 Teknologi Pengelolaan Air 7
4 Teknologi Pengelolaan Sampah 22
5 Teknologi Pemantauan Gas 12
6 Teknologi Lingkungan 535
7 Teknologi Informasi dan Komputer 33
8 Teknologi Penanganan POPs 15
TOTAL 814
Halaman web ini hanya dapat diakses dalam konfigurasi online pada web server, hubungi pengelola administrator/webadmin untuk konfigurasinya. Melalui halaman web ini Anda bisa menelusuri informasi data senyawa yang termasuk ke dalam Persisten Organic Pollutans (POPs) serta Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).
Masih Test
Menampilkan 41-60 dari 814 item.
#JudulAbstrakKatakunciPenulis 
  
41Teknologi Substitusi PestisidaStockholm Convention yang merupakan sebuah kesepakatan internasional memuat sasaran untuk menghilangkan penggunaan bahan kimia organik serta memulihkan media tercemar bahan kimia organik yang dikelompokkan sebagai persistent organic pollutants (POPs). Dalam kesepakatan tersebut, hingga saat ini, terdapat sembilan bahan kimia dari jenis pestisida yang telah diketahui memiliki perilaku sebagai POPs. Penggunaan pestisida POPs pada lahan pertanian telah dibuktikan memasuki jalur jejaring makanan sehingga penggunaanya yang semula untuk membasmi hama pada tanah dan tanaman telah ditemukan pula dalam tubuh manusia misalnya air susu ibu. Hal ini tidak saja menurunkan mutu lahan pertanian untuk produksi tanaman pangan tetapi juga menyimpan sejumlah bahaya kesehatan lingkungan, termasuk manusia, akan keamanan terhadap pestisida.Teknologi Penanganan POPs (SIPOP)
42Teknologi Pengolahan Sampah Dan Air LimbahSolid waste has become a problem for large and small cities, as they relate to environmental sanitation and health, as well as aesthetic issues. High intensity of rainfall influence in a high solubility results of decomposition of waste in both TPS and TPA, brought the flow of water and water soak to soil or water flow to the public drainage. Law Number 8 Year 2007 on waste management require sanitary landfill technology. Currently most of the TPA are still not meet the full construction of sanitary landfill and need to be supported by the application of the 3R (Reduced, Reused, Recycle) program in solidwaste. Processing waste liquid derived from the leachate (seepage water) waste requiring special treatment. There are many type of waste water technology processing, the most important, It can be applied and product water quality meet the standard quality.Sampah, 3 R, Tempat Pembuagan Akhir (TPA), Leachate Treatment.Arie Herlambang dan Djoko Heru Martono
43Teknologi Pengolahan Limbah Tahu-Tempe Dengan Proses Biofilter Anaerob Dan AerobIndustri tahu dan tempe merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota-kota besar dan kecil. Tempe dan tahu merupakan makanan yang digemari oleh banyak orang. Akibat dari banyaknya industri tahu dan tempe, maka limbah hasil proses pengolahan banyak membawa dampak terhadap lingkungan. Limbah dari pengolahan tahu dan tempe mempunyai kadar BOD sekitar 5.000 - 10.000 mg/l, COD 7.000 - 12.000 mg/l. Besarnya beban pencemaran yang ditimbulkan menyebabkan gangguan yang cukup serius terutama untuk perairan disekitar industri tahu dan tempe. Teknologi pengolahan limbah tahu tempe yang ada saat ini pada umumnya berupa pengolahan limbah sistem anaerob. Dengan proses biologis anaerob, efisiensi pengolahan hanya sekitar 70-80 %, sehingga air lahannya masih mengandung kadar polutan organik cukup tinggi, serta bau yang ditimbulkan dari sistem anaerob dan tingginya kadar fosfat merupakan masalah yang belum dapat diatasi. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara kombinasi proses biologis anaerob-aerob yakni proses penguraian anaerob dan diikuti dengan proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerob-aerob. Dengan kombinasi proses tersebut diharapkan konsentrasi COD dalan air olahan yang dihasilkan turun menjadi 60 ppm, sehingga jika dibuang tidaklagi mencemari lingkungan sekitarnyaIndustri Tahu Tempe, Pencemaran, Limbah Cair, Sistem Biofilter Anaerob-AerobIr. Nusa Idaman Said, MSc.
44Teknologi Pengolahan Limbah Cair IndustriPengolahan Limbah Cair Industri Pengolahan Limbah Cair IndustriTeknologi Pengolahan Air Limbahherudw@gmail.com
45Teknologi Pengolahan Air Siap Minum Untuk Daerah Padat PendudukOne of common problem on dense settlement area in Indonesia is the need for clean water and especially at rural and isolated areas this problem have not been properly solved yet. The ground and river water which consume by the community do not meet the requirement for drinking water, even at several places the water is not suitable to drink. The standard requirement for drinking water have to comply with the physical, chemical and biological requirements and if one parameter do not comply with the requirement then the water is not proper to drink.Most of residential area in Indonesia have poor water quality and have not got clean water services from local PAM, therefore in order to fulfill the need for drinking water, the community buy bottled drinking water which is very expensive.To overcome the above problem, a pilot unit package of technology have been developed, to treat well water or clean water from PAM to be direct to drink water ( no need to boiled it ). The unit consists of water pump, sand filter, mangan zeolit filter, activated carbon filter, cartridge filter, ultra violet sterilisator and ozon generatorAir tanah, air PAM, pengolahan air, air siap minumWahyu Widayat
46Teknologi Pengolahan Air Sadah.Air merupakan merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan. Jika kebutuhanakan air belum terpenuhi baik secara kuantitas maupun kualitas, maka akan menimbulkan dampak yang besar terhadapkerawanan kesehatan maupun sosial. Kualitas air meliputi persyaratan fisik, kimia dan bakteriologis yang merupakan suatu kesatuan, sehingga apabila ada satu parameter yang tidak memenuhi syarat, maka air tersebut tidak layak untuk digunakan. Salah satu parameter kimia dalam persyaratan kualitas air adalah jumlah kandungan unsur Ca2+ dan Mg2+ dalam air yang keberadaannya biasa disebut kesadahan air. Kesadahan dalam air sangat tidak dikehendaki baik untuk penggunaan rumah tangga maupun untuk penggunaan industri. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satu alternatif adalah mengolah air tanah atau air sumur setempat sehingga didapatkan air siap minum yang dengan kualitas yang memenuhi persyaratan.Air Tanah, Air Sumur, Air MinumWahyu Widayat
47Teknologi Pengolahan Air Minum Dari Air Baku
Yang Mengandung Kesadahan Tinggi

Water is very important need for our live. The lack of water, in term of quqnttity quality would triger serious social & health problems. The requirements for qualified water including element of phisical, chemical & bacteriological. One of chemical parameter in wateris the amount of Ca+2 & Mg+2, namely of hardnes. Since it is harmfull for human health hardness both in industrial and household consumption should be avoided. To cope the problem, there is an exact solution by processing the water with ion exchange filtration. The instalation could be used to process the water from deep well & ordinary well on the lime mountains which generally has a high hardness into qualified drinkable water.
Air minum, Kapur, Kesadahan, Pengolahan, Penukar ion.Wahyu Widayat
48Teknologi Pengolahan Air Minum "Teori dan Pengalaman Praktis"Pengolahan Air, Air MinumTeknologi Pengolahan Air Bersihnusaidamansaid@gmail.com
49Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Dengan Sistem Biofilter Anaerob-AerobAir limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan yang sangat potensial. Oleh karena itu air limbah tersebut perlu diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran umum. Masalah yang sering muncul dalam hal pengelolaan limbah rumah sakit adalah terbatasnya dana yang ada untuk membangun fasilitas pengolahan limbah serta operasinya, khususnya untuk rumah sakit tipe kecil dan menengah. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dikembangkan teknologi pengolahan air limbah rumah sakit yang murah, mudah operasinya serta harganya terjangkau, khususnya untuk rumah sakit dengan kapasitas kecil sampai sedang. Selain itu perlu menyebar-luaskan informasi teknologi khususnya untuk pengolahan air limbah rumah sakit, sehingga dalam memilih teknologi pihak pengelola rumah sakit mendapatkan hasil yang optimal. Makalah ini membahas tentang beberapa teknologi pengolahan air limbah secara biologis yang sesuai untuk pengolahan air limbah rumah sakit. Di dalam pemilihan teknologi pengolahan air limbah tersebut beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain yakni jumlah air limbah yang akan diolah, kualitas air limbah dan kualitas air olahan yang diharapkan, kemudahan dalam hal pengelolaan dan perawatan, ketersediaan lahan dan sumber energi, serta ketersediaan dana yang ada. Salah satu cara pengolahan air limbah rumah sakit yang murah, sederhana dan hemat energi adalah proses pengolahan dengan sistem biofilter anaerob-aerob. Dengan sistem kombinasi biofilter ?Anaerob-Aerob? diperoleh hasil air olahan yang cukup baik, serta proses pengolahannya sangat stabil walaupun konsentrasi maupun debit air limbah berfluktuasi.Biofilter, Anaerob, Aerob, Rumah SakitIr. Nusa Idaman Said, MSc.
50Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Dengan Proses Biofilter Anaerob-AerobAir Limbah Rumah Sakit, Biofilter Anaerob-Aerob, Pengolahan Air LimbahTeknologi Pengolahan Air Limbahnusaidamansaid@gmail.com
51Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik di DKI Jakarta "Tinjauan Permasalahan, Strategi dan ?"Pengolahan Air Limbah, Limbah DomestikTeknologi Pengolahan Air Limbahnusaidamansaid@gmail.com
52Teknologi Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biofilm TercelupWater pollution in the big cities in Indonesia has shown serious problems. One of the potential sources of water pollution is domestic wastewater that is wastewater from kitchens, laundry, bathing and toilets. These problems have become more serious since the spreads of sewerage systems are still low, so that domestic, institutional and commercial wastewater cause severe water pollution in many rivers or water body. This paper describes alternative technology for treatment of wastewater or organic wastewater using submerged biofilter. Using anaerobic and aerobic submerged biofilter within total one day residence time can decrease BOD, COD and Suspended Solids (SS) concentration more than 90 %.Biofilm, biofilter, air limbah, anaerob, aerobIr. Nusa Idaman Said, M.Eng.
53Teknologi Pengolahan Air Bersih Dengan Proses Saringan Pasir Lambat Up FlowAir bersih merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi masyarakat. Sampai saat ini masalah air bersih masih banyak dijumpai baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan. Salah satu teknologi pengolahan air untuk daerah pedesaan yang sederhana, mudah dan murah yakni teknologi saringan pasir lambat. Teknologi saringan pasir lambat yang banyak diterapkan di Indonesia biasanya adalah saringan pasir lambat konvesional dengan arah aliran dari atas ke bawah (down flow), sehingga jika kekeruhan air baku naik, terutama pada waktu hujan, maka sering terjadi penyumbatan pada saringan pasir, sehingga perlu dilakukan pencucian secara manual dengan cara mengeruk media pasirnya dan dicuci, setelah bersih dipasang lagi seperti semula, sehingga memerlukan tenaga yang cucup banyak. Hal inilah yang sering menyebabkan saringan pasir lambat yang telah dibangun kurang berfungsi dengan baik, terutama pada musim hujan. Untuk mengatasi problem sering terjadinya kebuntuan saringan pasir lambat akibat kekeruhan air baku yang tinggi, dapat ditanggulangi dengan cara modifikasi disain saringan pasir lambat yakni dengan menggunakan proses saringan pasir lambat UP Flow (penyaringan dengan aliran dari bawah ke atas). Dengan sistem penyaringan dengan aliran dari bawah ke atas maka waktu operasi menjadi lebih panjang, dan cara pencucian media penyaringnya lebih mudah.Pasir Lambat, Up Flow, Down Flow, Filter, SupernatantKelompok Pengkajian Sistem Pengolahan Air
54Teknologi Pengelolaan Limbah Tekstil Dengan Sistem Lumpur AktifLumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba tersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material organik menjadi CO2 dan H2O, NH4. dan sel biomassa baru. Proses ini menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan. Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukan keberhasilan pengolahan limbah secara biologi, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan air limbah. Lumpur aktif dicirikan oleh beberapa parameter, antara lain, Indeks Volume Lumpur (Sludge Volume Index = SVI) dan Stirred Sludge Volume Index (SSVI). Perbedaan antara dua indeks tersebut tergantung dari bentuk flok, yang diwakili oleh faktor bentuk (Shape Factor = S). Sistem pengolah lumpur aktif baik untuk domestik maupun industri mengandung 1-5% padatan total dan 95-99% bulk water (liqour ?). Pembuangan kelebihan lumpur dilakukan dengan mengurangi volume lumpur melalui proses pengepresan (dewatering). Konsentrasi besi yang tinggi konsentrasi besi yang tinggi, 70-90% dalam bentuk Fe (III), ditemukan dalam lumpur aktif. akumulasi besi dapat berasal dari influent air limbah atau melalui penambahan FeSO4 yang digunakan untuk menghilangkan fosfor. Sebagai contoh pengolahan limbah sistem lumpur aktif adalah Unit Pengelolaan Air Limbah PT. UNITEX. Unit ini mampu mengolah limbah lebih dari 200 m2 per hari. Proses pengelolaan terbagi atas tiga tahap pemrosesan, yaitu : 1. Proses Primer, meliputi penyaringan kasar, penghilangan warna, equalisasi, penyaringan halus, pendinginan, 2. Proses Sekunder, biologi dan sedimentasi dan 3. Proses Tersier, tahap lanjutan dengan penambahan bahan kimia. Sistem yang digunakan dalam PAL PT. Unitex merupakan perpaduan antara proses fisika, kimia dan biologi. Yang paling berperan dalam hal pengurangan bahan-bahan pencemar adalah proses biologi yang menggunakan sistem lumpur aktif dengan extented aeratio. Selain limbah cair, terdapat juga limbah padat berupa lumpur yang merupakan hasil samping dari sistem pengolahan yang digunakan. Lumpur hasil olahan digunakan sebagai bahan campuran pembuatan coneblock dan batako press serta pupuk organik. Hal ini merupakan salah satu alternatif dan langkah lebih maju dari PT. Unitex dalam memanfaatkan kembali limbah padatLumpur Aktif, Industri, Tekstil, Activated SludgeIr. Arie Herlambang, M.Sc.
55Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit.Dalam kegiatan operasional di Pabrik Kelapa Sawit, disamping akan dihasilkan produk utama (Main Product) berupa CPO dan PKO, juga akan dihasilkan produk sampingan (By-Product), baik berupa limbah padat maupun limbah cair dan juga polutan ke udara bebas. Berdasarkan jenis dan komposisi limbah di atas diketahui bahwa limbah cair memiliki kontribusi yang besar, yaitu antara 55% sampai 67% dari total TBS yang diolah. Limbah Pabrik Kelapa Sawit memiliki potensi nutrisi yang tinggi sebagai sumber nutrisi bagi pertumbuhan tanaman. Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LC PKS), Janjang Kosong, Kompos dan Abu Janjang mampu berperan sebagai pengganti pupuk konvensional (pupuk anorganik) yang murah dan dengan kandungan unsur hara (nutrisi) yang cuku memadai untuk menggantikan sumber nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Pemilihan bentuk dan metode aplikasi limbah harus dengan memperhatikan tyopografi, jenis tanah, jarak areal aplikasi dari PKS, biaya serta faktor lingkungan.CPO, PKO, Kelapa SawitHenry Loekito
56Teknologi Pengelolaan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Yang IdealThe number of crude palm oil factory (CPOF) in Indonesia has already increased rapidly in the last fifteen years. In the same period, expansion of the palm plantation has also been continuing and growing, but unfortunately the accelerated growth is not same as the development of the wastewater treatment technology and its proper applications. Many CPOF in Indonesia have not a good wastewater treatment plant (WWTP). In fact they cause terribly environmental problems, especially related to surface water pollution. BOD content in the effluent of most CPOF is between 35,000 to 46,000 ppm and in the effluent of their WWTP it is much more than 100 ppm. Therefore it needs to propose a treatment system which can guarantee to reduce all pollutants till a value matching with the environmental quality standard. Based on the research result assessed by BPPT, an ideal WWTP suitable for CPOF is promoted to be considered as one very good alternative which is better applied for all CPOF in Indonesia. The stages and processes are showed in the second figure.Ideal treatment, CPOF wastewaterP. Nugro Rahardjo
57Teknologi Penanggulangan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Pesisir, Pantai dan Laut Untuk ?Erosion, sedimentation, sea level rise, tsunami, sea water pollution, coral reef and mangrove forest destruction are problems, that have to be considered during planning, development and management of the coastal, sea and marine tourism activity. Alternative technology such as natural and man made coastal and sea protections (revetment, bulkhead, sea wall, jetty, groin, breakwater, submerged artificial reef, oil boom, oil skimmer) and information technology can be used and applied for this purpose.Coastal Zone Management, Coastal and Sea TourismNawa Suwedi
58Teknologi Pemanfaatan Lahan Marginal Kawasan PesisirLahan pesisir sesuai dengan ciri-cirinya adalah sebagai tanah pasiran, dimana dapat dikategorikan tanah regosal seperti yang terdapat di sepanjang pantai selatan berupa bukit ? bukit pasir terbentuk dari pasir pantai berasal dari abu vulkanik.Disamping sistem tanah lahan kawasan pesisir yang mempunyai sifat marginal, sistem atmosfernya, juga mempunyai ciri kecepatan angin yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan tenaganya untuk menaikkan air sumur melalui kincir angin. Usaha budidaya pertanian pada awalnya selalu memperhitungkan kesesuaian lahan agar proses produksi dapat berjalan dengan baik. Artinya secara potensi alam, proses interaksi hubungan komponen dalam ekosistem pertanian dapat berlanjut tanpa input bantuan material dari manusia. Namun makin hari lahan yang sesuai potensinya makin berkurang dan jarang. Hal ini mendorong manusia dalam usaha proses produksi biomasa pertanian memilih lahan alternatif yang mempunyai keterbatasan-keterbatasan, sehingga diperlukan input teknologi. Peluang pemanfaatan teknologi di lahan kawasan pesisir diantaranya berupa teknologi perbaikan sifat fisik, kimiawi dan organisme tanah agar interaksi tanah ? air ? tanaman dapat terwujud dengan baik. Wujud teknologi lain adalah interaksi antara tanaman dan atmosfir, karena di lahan kawasan pantai perlu mendapatkan perhatian adalah tersedianya cukup energi matahari, angin dan energi biomas.Lahan Marjinal Pesisir, PertanianSunarto Goenadi
59Teknologi Konservasi Untuk Penanganan Kawasan Resapan Air Dalam Suatu Daerah Aliran SungaiPerkembangan pembangunan dan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat mengakibatkan kebutuhan akan air juga akan meningkat. Kebutuhan air bersih saat ini umumnya dipenuhi dari air tanah, padahal jumlah air tanah relatif tetap dan cenderung menurun karena berkurangnya resapan air ke dalam air tanah, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara pemasukan dengan pengambilan air tanah. Untuk itulah perlu dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan pemasukan (recharge) air tanah. Salah satu cara yang umum dilakukan adalah dengan menetapkan kawasan-kawasan resapan air sebagai kawasan lindung selain itu perlu dikembangkan pula berbagai macam teknologi konservasi yang lebih pro-aktif baik yang bersifat vegetatif maupun non-vegetatif. Beberapa alternatif teknologi konservasi untuk meningkatkan imbuhan/resapan air ke dalam tanah adalah : (1). Melakukan upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah baik secara vegetatif seperti : reboisasi, hutan kemasyarakatan, strip cropping system, tumpangsari, dll; maupun secara mekanis/teknis seperti : terasering, saluran/parit jebakan, bangunan bendung penahan, dll. (2). Melakukan imbuhan buatan, dengan cara sistem imbas, injeksi, ditch and forrow dan spreading recharge. (3). Pembuatan sistem peresapan air hujan seperti sumur resapan atau parit resapan.Teknologi konservasi, daerah resapan airMardi Wibowo
60Teknologi Konservasi dan Rehabilitasi Terumbu Karang
TERUMBU KARANG
Indonesia's rich supplies of corals and reef fish are endangered by destructive fishing practices. Cyanide and blast fishing are widespread throughout the archipelago even in protected areas. Indonesian reefs are also subject to various pressures from inland activities. Forestation and other land-use changes have increased sediment discharge onto reefs, and pollution from industrial effluents, sewage, and fertilizer compounds the problem. Cumulatively, these pressures appear to have significantly degraded Indonesia's reefs over time. Unfortunately, Indonesia has only limited monitoring. Few reefs are regularly studied, making the assessment of condition and change for the country quite difficult. Currently, most monitoring indicates clearly that reef condition is declining. This article showed the status, biology, and monitoring-rehabilitation method of coralcorral reef , rehabilitation, nutrientArif Dwi Santoso