Alternatif B3 sebagai Desinfektan di Masa Pandemi Covid 19

Penulis: Indah Rahmi Sari, S.Si., Fungsional PEDAL Ahli Pertama

A.Pendahuluan

Penyakit Coronavirus 2019 (Covid-19) adalah infeksi saluran pernapasan yang diakibatkan oleh virus SARS-Cov-2 (virus Covid-19). Virus Covid-19 umumnya ditransmisikan melalui kontak fisik erat dan percikan (droplet) dari saluran pernapasan.Transmisi virus Covid-19 dikaitkan dengan kontak erat antara orang-orang di tempat-tempat tertutup seperti rumah tangga, tempat perawatan kesehatan, dan lingkungan tempat kerja serta lembaga hunian. Selain itu, di tempat-tempat selain tempat perawatan kesehatan seperti gedung, pusat komunitas keagamaan, pasar, angkutan, dan tempat-tempat usaha yang dapat diakses secara umum, penularan Covid-19 diketahui mudah terjadi.

Gambar 1. Ilustrasi Penyakit Coronavirus 2019 (Covid-19)

Sumber : Kemenkes RI, 2020

Virus SARS-Cov-2 merupakan virus berselubung yang memiliki selubung lipid luar yang rapuh, sehingga virus SARS-Cov-2 lebih rentan terhadap desinfektan dibandingkan virus-virus tanpa selubung. Persistensi virus Covid-19 pada berbagai jenis permukaan sudah dievaluasi dalam penelitian-penelitian. Salah satu penelitian menemukan bahwa virus Covid-19 tetap viabel hingga 1 hari pada kain dan kayu, hingga 2 hari pada kaca, hingga 4 hari pada stainless steel dan plastik, dan hingga 7 hari pada lapisan luar masker medis. Penelitian lain menemukan bahwa virus Covid-19 bertahan selama 4 jam pada tembaga, 24 jam pada kardus, dan hingga 72 jam pada plastik dan stainless steel. Virus Covid-19 juga bertahan di berbagai tingkat pH dan suhu ambien tetapi rentan terhadap panas dan metode desinfeksi standar (Chin, A.W., 2020).

Pembersihan dan desinfeksi bisa digunakan untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19. Pembersihan merupakan langkah pertama dalam proses desinfeksi. Pembersihan menggunakan air sabun, bentuk tindakan mekanis seperti menyapu, menyikat dan mengelap dapat mengurangi jumlah patogen, tetapi tidak membunuh mikroorganisme patogen, oleh karena itu dibutuhkan bahan-bahan kimia berupa desinfektan yang dapat digunakan untuk membunuh mikroorganisme-mikroorganisme yang tersisa.

Gambar 2. Ilustrasi Penyemprotan Desinfektan pada Permukaan

(Sumber : https://farmasi.ugm.ac.id/id/archives/3666)

Bahan desinfektan yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) dan Food Drugs Administration (FDA) untuk keperluan handrub/handsanitizer saat ini adalah bahan berbasis Alkohol (Etanol) dan Hidrogen peroksida (H2O2). Kelebihan Alkohol sebagai handsanitizer karena titik didih yang rendah sehingga memberikan sensasi dingin dan "bersih" pada kulit, sedangkan penggunaan Hidrogen peroksidasebagai oksidator kuat cukup efektif untuk mengoksidasi material organik termasuk mikroorganisme. Penggunaan Etanol dan Hidrogenperoksida yang masif mengakibatkan peningkatan impor yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelum pandemi.

Berdasarkan database Direktorat Pengelolaan B3, Kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan, terjadi peningkatan jumlah impor Etanol dan Hidrogen peroksida pada awal tahun 2020. Peningkatan tersebut terjadi karena kedua bahan kimia tersebut dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan handrub/handsanitizerdan desinfektanoleh banyak industri baik farmasi maupun manufaktur. Sehingga mengakibatkan permintaan jumlah impor yang tinggi pula di tahun tersebut. Peningkatan jumlah impor tersebut sangat signifikan antara tahun 2019 hingga tahun 2021, hal tersebut terlihat pada tabel dan grafik di bawah ini.

Tabel 1. Data Rencana Impor Etanol dan Hidrogen Peroksida Tahun 2019 - 2021

No Jenis B3 Jumlah Rencana Impor (Kilogram)
2019 2020 2021
1 Etanol 8.363.000 13.012.002 12.000.000
2 Hidrogen Peroksida 55.000 16.115.675 4.662.110

Sumber : Direktorat Pengelolaan B3, KLHK

Grafik 1. Data Rencana Impor Etanol dan Hidrogen Peroksida Tahun 2019 – 2021

Sumber : Direktorat Pengelolaan B3, KLHK

Pada tabel dan grafik di atas terlihat bahwa impor Etanol dan Hidrogen peroksida lebihtinggi pada awal pandemi yaitu tahun 2020. Kelonjakan sangat tinggi bahkan terjadi untuk impor bahan kimia Hidrogen peroksida, yang mana pada tahun 2019 hanya 55.000 kg, kemudian tahun 2020 naik menjadi berkali-kali lipat yaitu sekitar 16.115.675 kg. Kelonjakan jumlah impor tersebut mengakibatkan pula kelangkaan pasokan dan kenaikan harga disaat awal pandemi. Kelangkaan dan kenaikan harga untuk kedua bahan tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi di seluruh dunia. Padahal selain Etanol dan Hidrogen peroksida, terdapat beberapa bahan kimia lain untuk desinfektan yang bisa dijadikan alternatif sebagai campuran dan atau pengganti kedua bahan kimia tersebut. World Health Organization (WHO) merekomendasikan beberapa bahan kimia lain, antara lain, adalah bahan-bahan berbasis Hipoklorit, berbasis Ammonium, berbasis Phenol dan berbasis Aldehid.

B.Alternatif Bahan Baku Desinfektan

1.Bahan-bahan Berbasis Hipoklorit

Produk berbasis Hipoklorit mencakup formulasi cairan berupa Natrium hipoklorit, yang mempunyai tekstur berbentuk padat, atau berupa Kalsium hipoklorit yang memiliki tekstur serbuk. Formulasi-formulasi ini larut dalam air atau menciptakan larutan klorin encer yang mengandung Asam hipoklor (HOCl) yang tidak terdisosiasi menjadi senyawa antimikroba. Hipoklorit menunjukkan rentang keaktifan antimikroba yang luas dan pada berbagai tingkat konsentrasi, efektif melawan beberapa patogen umum. Misalnya, Hipoklorit efektif melawan rotavirus di tingkat konsentrasi 0,05% (500 bagian tiap juta), tetapi untuk patogen-patogen yang sangat resistan di tempat pelayanan kesehatan seperti C. auris dan C. difficile, diperlukan tingkat konsentrasi yang lebih tinggi di angka 0,5% (5000 bagian tiap juta).

Hal tersebut menyebabkan bahan berbasis hipoklorit dapat digunakan sebagai desinfektan. Tingkat konsentrasi hipoklorit yang dianjurkan dalam konteks Covid-19 yaitu sebesar 0,1% (1000 bagian tiap juta) dan merupakan tingkat konsentrasi konservatif yang akan menonaktifkan sebagian besar patogen yang mungkin ada di permukaan benda dan lingkungan sekitar.

Gambar 3. Contoh Produk Berbasis Hipoklorit (Natrium Hipoklorit) yang Dijual Di Pasaran.

2.Bahan-bahan Berbasis Ammonium

Bahan kimia lain yang dapat dijadikan alternatif desinfektan lainnya yaitu bahan berbasis Ammonium, salah satu yang sering digunakan yaitu Benzalkonium klorida (Dimethyl cocobenzyl ammonium chloride) banyak juga yang menyebut BKC. CAS NumberBenzalkonium klorida yaitu 8001-54-5 dan dengan struktur kimia sebagai berikut.

Benzalkonium klorida sudah sejak lama digunakan sebagai desinfektan untuk rumah sakit, pertanian, peternakan, dan industri. Benzalkonium klorida juga sering digunakan sebagai pengawet pada produk-produk farmasi dan kosmetik, misalnya obat tetes mata. Padahal Benzalkonium klorida dapat digunakan sebagai desinfektan karena mudah ditemui di lingkungan sekitar kita. Konsentrasi efektif Benzalkonium klorida untuk produk desinfektan berkisar antara 0,05-0,1% w/v.

Gambar 4. Contoh Produk Benzalkonium Klorida yang Dijual Di Pasaran.

Banyak orang yang masih takut menggunakan Benzalkonium klorida sebagai antiseptik/desinfektan, padahal Benzalkonium klorida termasuk bahan aktif yang banyak dipakai untuk antiseptik di negara-negara maju. Database registrasi produk obat di Food Drugs Administration pada tahun 2013 menunjukkan bahwa Benzalkonium klorida termasuk yang banyak digunakan sebagai antiseptik dibandingkan bahan lainnya. Hal tersebut dapat terlihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Total Produk Antiseptik Sesuai dengan Bahan Aktif dan Jenis Sediaannya.

Sumber: Food Drugs Administration (FDA, 2013)

3.Bahan-bahan Berbasis Phenol

Bahan kimia lain yang dapat dijadikan alternatif desinfektan selanjutnya yaitu bahan berbasis Phenol, salah satu yang sering digunakan yaitu Creosol/Kreosol. Kreosol adalah desinfektan alami yang dihasilkan dari penyulingan kering batang pohon, umumnya pohon pinus, masyarakat secara umum mengenal dengan istilah karbol. Kreosol atau 2-Methoxy-4-methylphenol (IUPAC) mempunyai rumus molekul yaitu C₈H₁₀O dengan CAS Number 93-51-6, dan struktur molekul yaitu sebagai berikut.

Kreosol memiliki bau khas yang menyengat dengan warna coklat gelap. Kreosol biasa dapat diencerkan sampai dengan konsentrasi 1% untuk kebutuhan desinfeksi. Kreosol efektif untuk membunuh mikroorganisme seperti bakteri dan virus dengan merusak membran sel.

Gambar 5. Contoh Produk Creosol yang Dijual Di Pasaran.

4.Bahan-bahan Berbasis Aldehid

Bahan kimia lain yang dapat dijadikan alternatif desinfektan berikutnya yaitu bahan kimia berbasis gugus aldehid, yang umum digunakan untuk desinfeksi antara lain formaldehid, glutaraldehid dan glioksal. Golongan aldehid ini bekerja dengan cara membunuh sel mikroba dengan mendenaturasikan protein. Pada prinsipnya golongan aldehid ini dapat digunakan dengan spektrum aplikasi yang luas. Keunggulan golongan aldehid adalah sifatnya yang stabil, persisten, dan cocok dengan beberapa material peralatan. Desinfektan golongan aldehid yang relatif aman digunakan adalah glutaraldehid, yang umum digunakan untuk sterilisasi alat-alat di rumah sakit. Glutaraldehidberbentuk cairan bening dengan CAS Number 111-30-8 dan dengan struktur kimia sebagai berikut.

Glutaraldehid sering digunakan sebagai terapi pengobatan beberapa penyakit kulit. Konsentrasi larutan glutaraldehid sebesar 1% umumnya dapat digunakan sebagai biosida untuk sistem disinfeksi dan sebagai pengawet untuk penyimpanan jangka panjang. Glutaraldehid juga merupakan zat penstreril, pembunuh endospora serta mikroorganisme lainnya termasuk virus.

Gambar 6. Contoh Produk Desinfektan yang Mengandung Glutaraldehid yang Dijual Di Pasaran.

Glutaraldehid merupakan desinfektan yang efektif terhadap gram positif dan gram negatif (Martindale, 2005). Glutaraldehid dapat dikombinasikan dengan bahan kimia lain yaitu polidimetil-amoniumklorida yang tidak membahayakan kesehatan manusia. Polidimetil-amonium klorida merupakan desinfeksi untuk membasmi bakteri, virus dan jamur. Bahan (Sanco, 2009).

KESIMPULAN

Cara yang cukup baik dalam menggunakan handsanitizer atau desinfektan, baik menggunakan etanol dan hidrogen perokisda sebagai bahan bakunya maupun menggunakan bahan kimia lain yang direkomendasikan WHO di atas, yaitu dengan menyemprotkan pada permukaan benda dan langsung mengelapnya. Benda-benda yang perlu didesinfeksi yaitu benda-benda yang diperkirakan rentan tertempel virus Covid 19 dimana sering terjadi kontak dengan banyak orang, seperti pada gagang pintu, tombol lift, permukaan meja, pegangan eskalator, dan lain sebagainya. Tetapi, penyemprotan desinfektan terhadap lingkungan tersebut perlu dipertimbangkan, dengan membatasi jumlah dan daerah yang disemprot.Misalnya ruangan yang membutuhkan sterilitas tinggi di rumah sakit atau ruangan di mana terdapat pasien terkonfirmasi Covid 19, akan berbeda cara dan jumlah dalam mendesinfeksinya dengan lingkungan tempat kita tinggal, dan berbeda pula dengan dalam transportasi umum, perkantoran, mall, sekolah dan lain sebagainya.

REFERENSI

1.Chin, A.W. 2020. Stabilitas SARS-Cov-2 dalam kondisi lingkungan yang berbeda. Published : April 02, 2020. Diakses November 2021.

2.https://farmasi.ugm.ac.id/id/archives/3666. Cara Penggunaan Disinfektan yang Tepat untuk Mencegah Penyebaran Covid-19. Diakses Oktober 2021.4.

3.Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease (COVID-19). Diakses November 2021.

4.Martindale. 2005. The Complete Drug Reference. The Pharmaceutical Press 34rd Ed. London. Hal 1180-1181.

5.Sanco. 2009. Poly Dimethyl Ammonium Chloride.

http://ec.europa.eu/food/plant/protection/evaluati...

6.Water, sanitation, hygiene, and waste management for the COVID-19 virus. Jenewa: World Health Organization; 2020. Diakses Oktober 2021.

7.World Health Organization (WHO) COVID-19 and food safety: Guidance for food

businesses. Jenewa;2020. Diakses Oktober 2021.

klhk b3 ditpb3 ditjenpslb3 bahan kimia

Views: 3707