Nama daerah :
Gambar 1. Jeringau (Acorus calamus L)
Jeringau, atau jeringo atau dringu merupakan tumbuhan herba menahun yang tumbuh pada lingkungan basah dan lembab seperti kolam, rawa, dan pinggir sungai pada semua ketinggian tempat. Membentuk akar batang yang disebut rimpang, daun seperti lalang, bunga tumbuh kesamping, berkembang biak dengan rimpangnya. Jeringau dapat hidup hampir pada semua ketinggian tempat.
Bagian tumbuhan yang umum di mafaatkan adalah rimpangnya. Rimpang berbentuk agak petak bulat keras, dengan panjang ruas 1-3 cm. rimpang keringau barcabang cabang banyak sesuai dengan kesuburan tanah tempat hidupnya. Rimpang segar kira-kira sebesar tangan, isinya berwarna putih tetapi jika dalam keadaan kering berwarna merah muda. Rimpang jeringau mengandung minyak yang serba guna seperti campuran dalam industry makanan dan minuman, bahan penyedap, pewangi, deterjen, sabun, dan krem kecantikan.
Bau akar sangat menyenagt seperti bau rempah atau bumbu lain. Jika diletakkan di lidah rasanya tajam, pedas dan sedikit pahit tetapi tidak panas. Rimpang jeringau dapat dimanfaatkan sebagai fungisida karena mengandung minyak atsiri. Kandungan minyak atsiri yang terdapat dalam rimpang jeringau adalah: terpene, camphor (C10H16O6), terpene alcohol (C18H18O), calamine, acoroxide (C15H24O), calamine (C15H26O), calameone (C15H26O2) acorone dan isacorone. Aktivitas antijamur yang dimiliki oleh minyak atsiri juga berhubungan dengan senyawa monoterpenik fenol khususnya timol, karvakrol dan eugenol (Isman, 2000).
Cara kerja :
Dimulai dengan mendestilasi uap 1000 gr rimpang dringo. Destilat yang didapat ditampung untuk memisahkan minyak dan air. Hasil distilasi uap dari 1000 g rimpang dringo segar diperoleh minyak atsiri yang berwarna kuning dengan rendemen sebanyak 0,5%. Distilat ditambahkan CaCl2anhidrat kemudian dipisahkan dengan corong pisah. Fase air ditambahkan NaCl untuk memisahkan minyak dengan airnya.
Minyak yang didapat dimasukkan kedalam corong pemisah dan ditambahkan 200 ml n-heksana dan 200 ml etanol, lalu dikocok. Fraksi n-heksana dan fraksi etanol yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan penguap putar vakum.
Hasil fraksinasi minyak dengan pelarutn-heksana dan etanol diperoleh fraksi etanol setelah dipekatkan berwarna kuning dan kental sedangkan fraksin-heksana bening. Kemudian fraksi dianalisis komponen senyawa penyusunnya dengan spektrofoto-meter GC-MS. Masing-masing fraksi kemudian diuji aktivitas anti jamurnya terhadap jamur.
Tabel Hasil uji aktifitas anti jamur fraksi n-heksana dan fraksi etanol dari minyak atsiri
No. | Nama/Kode Sampel | Rata-Rata Pertambahan Diameter Koloni (mm) | Daya Hambat (%) |
1. | Minyak dari fraksi etanol | 5 | 94.4 |
2. | Minyak dari fraksi n-heksana | 90 | 0 |
Tabel Hasil uji aktifitas anti jamur fraksi etanol minyak atsiri dengan berbagai konsentrasi
No. | Konsentrasi (ppm) | Rata-Rata Pertambahan Diameter Koloni (mm) | Daya Hambat (%) |
1. | Kontrol etanol | 90 | 0 |
2. | 100 | 16.9 | 81.1 |
3. | 500 | 5 | 94.4 |
4. | 1000 | 0 | 100 |
Analisis komponen senyawa dari fraksi etanol dengan metode GC-MS adalah Puncak 1 dan 2sulit untuk diidentifikasi karena tidak adanya referensi pembanding, sedangkanuntuk puncak 3 adalahC12H16O3.
Gambar 2. Kromatogram kromatografi gas dari minyak fraksi etanol
Diagram:
Hasil uji aktivitas anti jamur menunjukkan bahwa fraksi n-heksana tidak mampu menghambat pertumbuhan jamur Botryodiplodia theobromae, sedangkan fraksi etanol mampu dengan daya hambatnya. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa minyak atsiri rimpang dringo sangat bagus dikembangkan sebagai fungisida nabati untuk mengendalikan jamur Botryodiplodia theobromae penyebab busuk buah pisang.
Daftar Pustaka:
1. 2. | Isman, M. B. 2000. Plant essential oils for pest and disease management. Crop Protection. 19: 603-608. Rustini, N. L. 2010. Aktivitas Antijamur Minyak Atsiri Rimpang Dringo (Acorus CalamusL.) Terhadap JamurBotryodiplodia TheobromaePenyebab Busuk Buah Pisang.Universitas Udayana, Bukit Jimbaran |
Views: 39741