.: NIMBA, BIOPESTISIDA PENGGANTI LINDANE :.
Lindane
Lindan, adalah senyawa pestisida organoklorin dengan nama IUPAC γ-isomer heksaklorosikloheksana atau disebut juga benzene heksaklorida. Seperti yang diketahui bahwa γ-isomer adalah senyawa yang paling beracun dari semua jenis pestisida.
Informasi Umum
Nama IUPAC | : | (1 r, 2 R, S 3, 4 r, 5 R, S 6) -1,2,3,4,5,6-hexachlorocyclohexane |
Nomor CAS | : | 58-89-9 |
Rumus Molekul | : | C 6 H 6 Cl 6 |
Massa Molekul | : | 290,83 g / mol |
Rumus Struktur | : |
Lindane, juga dikenal sebagai gamma-hexachlorocyclohexane, (γ-HCH), gammaxene, Gammallin dan bukan dikenal sebagai benzena hexachloride (BHC), adalah organoklorin varian kimia World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan lindane sebagai "Cukup berbahaya," dan perdagangan internasional dibatasi dan diatur dalam Konvensi Rotterdam tentang Prior Informed Consent. Pada tahun 2009, penggunaan produksi dan pertanian lindane dilarang di bawah Konvensi Stockholm.
Penggunaan Lindane
Lindane tidak hanya digunakan sebagai pestisida pada sector pertanian, namun juga pada sektor peternakan dan kesehatan. Pada sector kesehatan, Lindane digunakan sebagai zat aktif membasmi kutu baik pada manusia, maupun hewan.
Bahaya Penggunaan Lindane
Paparan jumlah besar lindane dapat membahayakan sistem saraf, memproduksi berbagai gejala sakit kepala dan pusing kejang, dan bahkan kematian.
Penggunaan lindane sebagai obat jelas akan menuai pertanyaan mengenai kadar racun dan pengaruhnya bagi target yang diobati tersebut. Dan kenyataannya di lapangan, terutama di mancanegara, berbagai Negara melaporkan adanya kasus kematian dan kasus keracunan yang berakibat fatal akibat paparan lindan baik paparan secara kontak maupun melalui pencernaan.
Produk yang Menggunakan Lindane
Beberapa produk yang menggunakan lindane adalah : produk bermerk Gamene, Kwell, Bio-Well, G-Well, GBH, Kildane, Scabene, dan Thionex. Indonesia sendiri selain sebagai bahan pestisida , lindane dipakai sebagai bahan untuk obat kutu rambut, terutama yang bermerk Peditox.
Nimba
Mimba Bahan Pengganti Lindane
Pemerintah telah meluncurkan program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) agar masyarakat tidak tergantung kepada pestisida kimia, dengan mencabut subsidi dan melarang beberapa jenis pestisida, termasuk Lindane yang telah dicabut peredarannya sejak tahun 1983, namun kenyataannya, nilai impor bahan pestisida yang pada tahun 1990an mencapai sekitar 200 milyaran rupiah ternyata pada tahun 2000-an melampui angka 300 milyaran rupiah Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat petani masih tergantung kepada pestisida kimia sintetis, Untuk mengurangi penggunaan Lindane sebagai bahan pestisida, dapat menggunakan pestisida hayati. Salah satu jenis pestisida hayati yang sudah banyak dikenal masyarakat dunia adalah yang berasal dari pohon Mimba (Azadirachta indica A. Juss).
Tanaman mimba termasuk dalam famili Meliaceae. Tanaman ini merupakan tanaman asli Afrika Asia. Di Asia tanaman ini banyak terdapat di India, Burma, Cina Selatan dan Indonesia. Di Indonesia tanaman mimba dijumpai di Jawa (nimba, membha (Madura)) dan di Bali dengan nama mimba atau intaram. Di luar negeri mimba dikenal dengan Neem, Margosier, Margosa dan Nim.
Mimba merupakan pohon yang tingi batangnya dapat mencapai 20 m. Kulit tebal, batang agak kasar, daun bersirip genap, berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan runcing, sedangkan buahnya merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Buah mimba dihasilkan dalam satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya berwarna kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya melekat kulit buah berwarna putih. Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh karena itu kayunya tidak terdapat dalam ukuran besar
Daun Mimba Biji Mimba
Sumber: http://bppkedungwaru.blogspot.com Sumber: //bptsitubondo.files.worldpress.com
Sudah sejak lama nimba digunakan sebagai pestisida nabati dengan kemanjuran dan peruntukan yang luas (Broad spectrum), baik digunakan secara sederhana di negara berkembang, maupun digunakan secara terformula di negara maju, seperti Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, nimba sudah digunakan secara meluas, yang pada awalnya hanya diperuntukan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada tanaman yang bukan untuk dikonsumsi (non-food crops), namun belakangan ini sudah diperkenankan dipergunakan untuk mengendalikan OPT pada tanaman pangan (food crops), dengan berbagai jenis merk dagang, diantaranya adalah Margosan, Aligin, Turpex, Azatin dan Bio-neem.
Negara di Asia sudah banyak yang memproduksi pestisida nabati dari nimba, diantaranya India dengan berbagai merk dagang, satu diantaranya yang sudah masuk ke Indonesia adalah “Neemazal”, Singapura yang juga telah memproduksi pestisida nabati nimba dan telah masuk pula ke Indonesia, namun dengan mengaku/mengklaim sebagai pupuk organik cair, yaitu “Bionature”, dan masih banyak merk dagang lain yang telah dibuat oleh Thailand, Myanmar dan Singapura.
Kandungan Kimia tanaman Mimba
Nimba, terutama dalam biji dan daunnya mengandung beberapa komponen dari produksi metabolit sekunder yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan obat-obatan). Beberapa diantaranya adalah azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin. Azadirachtin sendiri terdiri dari sekitar 17 komponen dan komponen mana yang paling efektif sebagai pestisida atau obat, belum jelas diketahui. Nimba tidak membunuh hama secara cepat, namun mengganggu pada hama saat proses makan, pertumbuhan, reproduksi dan lainnya.
Azadirachtin berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang berfungsi dalam proses metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa.
Salanin berperan sebagai penurun nafsu makan (anti-feedant) yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun, walaupun serangganya sendiri belum mati. Oleh karena itu, dalam penggunaan pestisida nabati dari nimba, seringkali hamanya tidak mati seketika setelah disemprot (knock down), namun memerlukan beberapa hari untuk mati, biasanya 4-5 hari. Namun demikian, hama yang telah disemprot tersebut daya rusaknya sudah sangat menurun, karena dalam keadaan sakit
Meliantriol berperan sebagai penghalau (repellent) yang mengakibatkan serangga hama enggan mendekati zat tersebut. Suatu kasus terjadi ketika belalang Schistocerca gregaria menyerang tanaman di Afrika, semua jenis tanaman terserang belalang, kecuali satu jenis tanaman, yaitu nimba. Nimbapun dapat merubah tingkah laku serangga, khususnya belalang (insect behavior) yang tadinya bersifat migrasi, bergerombol dan merusak menjadi bersifat solitair yang bersifat tidak merusak
Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti mikro organisme seperti anti-virus, bakterisida, fungisida sangat bermanfaat untuk digunakan dalam mengendalikan penyakit tanaman. Bahan-bahan ini sering digunakan dan dipercaya masyarakat sebagai obat tradisional yang mampu menyembuhkan segala jenis penyakit pada manusia
Komposisi
Tanaman Obat Indonesia mengungkapkan bahwa Metabolit yang ditemukan dari Azadirachta indica antara lain disetil vilasinin, nimbandiol, 3-desasetil salanin, salanol, azadirachtin. Biji mengandung azadirahtin, azadiron, azadiradion, epoksiazadiradion, gedunin, 17-epiazadiradion, 17-hidroksi azadiradion dan alkaloid. Metabolit yang ditemukan dalam ekstrak ranting segar yang larut dalam dikIorometana antara lain desasetil nimbinolid, desasetil nimbin, desasetil isonimbinolid.
Kulit batang dan kulit akar mengandung nimbin, nimbinin, nimbidin, nimbosterol, nimbosterin, sugiol, nimbiol, margosin (suatu senyawa alkaloid). Bunga, Hasil hidrolisis ekstrak bunga ditemukan kuersetin, kaemferol, dan sedikit mirisetin. Dari bagian kayu ditemukan nimaton, 15% zat samak terkondensasi. Buah mengandung alkaloid (azaridin). Daun mengandung Paraisin, suatu alkaloid dan komponen minyak atsiri mengandung senyawa sulfida.
Tangkai dan ranting hijau mengandung 2 tetranortriterpenoidhidroksibutenolida yaitu desasetilnimbinolida dan desasetilisonimbinolida yang berhasil diisolasi bersama dengan desasetilnimbin.` Di samping itu terdapat pula senyawa 17-epiazadiradion, 17-p-hidroksiazadiradion, azadirahtin, azadiron, azadiradion, epoksiazadiradion, dan gedunin. Daun mengandung paraisin, suatu alkaloid, dan komponen minyak atsiri yang mengandung senyawa sulfida. Pada daun juga ditemukan senyawa nimbin, nimbinene, 6-desacetylnimbinene, nimbandiol, nimbolide dan quercetin.
Selain mengandung bahan-bahan tersebut di atas, di dalam tanaman mimba masih terdapat berpuluh, bahkan beratus jenis bahan aktif yang merupakan produksi metabolit sekunder yang belum teridentifikasi dan belum diketahui manfaatnya. Oleh karena itu,penelitian mengenai penggalian potensi mimba masih banyak diperlukan.
Cara Kerja Nimba
Berdasarkan kandungan bahan aktifnya, biji dan daun mimba mengandung azadirachtin meliantriol, salanin, dan nimbin, yang merupakan hasil metabolit sekunder dari tanaman mimba. Senyawa aktif tanaman mimba tidak membunuh hama secara cepat, tapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu juga berperan sebagai pemandul. Selain bersifat sebagai insektisida, tumbuhan tersebut juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, mitisida dan rodentisida. Senyawa aktif tersebut telah dilaporkan berpengaruh terhadap lebih kurang 400 serangga. sebagai senyawa aktif utama,
Keunggulan Nimba
Pengendalian hama dengan menggunakan nimba sebagai insektisida nabati mempunyai beberapa keunggulan antara lain :
Dengan keunggulan di atas, maka akan dihasilkan produk pertanian dengan kualitas yang prima, dan kelestarian ekosistem tetap terpelihara.
Kelemahan Nimba
Kendala Pengembangan Nimba sebagai Insektisida Alami
Proses Pengolahan Nimba dan Manfaat
Ada beberapa cara pembuatan biopestisida nimba, diantaranya adalah :
1. Pembuatan Ekstrak Air Biji Mimba
2. Pembuatan Ekstrak Air Daun Mimba
3. Pembuatan Minyak Nimba
Nimba dapat dibuat minyak yang dapat digunakan baik sebagai bahan pembunuh serangga. Proses pembuatan minyak nimbi , sebagai berikut :
Minyak Nimba sebagai Biopestisida
Untuk membuat Pestisida dari minyak Nimba dibutuhkan sabun yang ramah lingkungan sebagai emulsifier, (kalau tidak ada dapat digunakan sabun colek biasa)
untuk mendapatkan 15 liter biopestisida dari minyak nimbi dibutuhkan :
Cara membuat :
Minyak Nimba sebagai pengusir nyamuk
Selain sebagai pestisida, minyak nimba dapat juga dipakai sebagai pengusir nyamuk. Cara pembuatannya adalah sebagai berikut :
Limbah Nimba sebagai bahan pupuk organik
Bungkil atau dedak biji mimba yang telah diambil minyaknya, baik secara di pres, maupun diekstrak dengan heksan, merupakan bahan pupuk organik yang kaya akan nutrisi yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Selain bahan nutrisi tanaman, baik unsur makro, maupun mikro, bungkil biji mimba ini juga masih mengandung bahan aktif pestisida nabati, seperti azadirachtin yang akan bermanfaat mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan yang berada di dalam tanah, seperti hama rayap, uret/kuul/lundi, nematoda dan hama lainnya, sehingga penggunaannya sebagai pupuk organik akan bermanfaat ganda, yaitu secara tidak langsung akan bermanfaat sebagai pestisida juga. Keuntungan lain yang diperoleh adalah bahwa azadirachtin bersifat sistemik, yaitu dapat meresap kedalam jaringan tumbuhan, sehingga apabila diaplikasikan sebagai pupuk di tanah, maka apabila terisap oleh tanaman akan ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya, seperti daun dan akan berfungsi melindungi tanaman dari gangguan OPT. Pupuk organik dari bungkil biji mimba ini telah diproduksi oleh Balittro, yaitu dengan penambahan pupuk kandang, kompos ataupun guano kedalamnya, sehingga diperoleh pupuk organik plus.
Pustaka : Berbagai Sumber
Views: 7598