Tanaman lengkuas merupakan tanaman rimpang dengan klasifikasi sebagai berikut :
Terdapat beberapa sinonim dari lengkuas yaituAlpinia pyramidata Bl., Alpinia galanga (L.) Swartz., Alpinia officinarum Hance, Languas galanga (L.) Merr., Languas galanga (L.) Stunz., Languas vulgare Koenig, Maranta galanga L., Amomum galanga (L.) Lour, dan Amomum medium Lour(1).Tanaman lengkuas merupakan tanaman berumur panjang, tinggi sekitar 1 sampai 2 meter, bahkan dapat mencapai 3,5 meter. Biasanya tumbuh dalam rumpun yang rapat. Batangnya tegak, tersusun oleh pelepah-pelepah daun yang bersatu membentuk batang semu berwarna hijau agak keputih- putihan. Batang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Morfologinya dibagi menjadi daun lengkuas, bunga lengkuas, buah lengkuas, dan rimpang lengkuas.
Gambar 1. Rimpang Lengkuas
Daun lengkuas merupakan daun yang tunggal, berwarna hijau, bertangkai pendek, tersusun berseling. Daun di sebelah bawah dan atas biasanya lebih kecil dari pada yang di tengah. Bentuk daun lanset memanjang, ujung runcing, pangkal tumpul, dengan tepi daun rata. Pertulangan daun menyirip. Panjang daun sekitar 20 - 60 cm, dan lebarnya 4 - 15 cm. Pelepah daun lebih kurang 15 - 30 cm, beralur, warnanya hijau. Pelepah daun ini saling menutup membentuk batang semu berwarna hijau. Bunga lengkuas merupakan bunga majemuk berbentuk lonceng, berbau harum, berwarna putih kehijauan atau putih kekuningan, terdapat dalam tandan bergagang panjang dan ramping, yang terletak tegak di ujung batang. Ukuran perbungaan lebih kurang 10-30 cm x 5-7 cm. Jumlah bunga di bagian bawah tandan lebih banyak dari pada di bagian atas, sehingga tandan tampak berbentuk piramida memanjang. Panjang bibir bunga 2,5 cm, berwarna putih dengan garis miring warna merah muda pada tiap sisi. Mahkota bunga yang masih kuncup, pada bagian ujungnya berwarna putih, sedangkan pangkalnya berwarna hijau. Buah lengkuas adalah buah buni, berbentuk bulat, keras. Sewaktu masih muda berwarna hijau-kuning, setelah tua berubah menjadi hitam kecoklatan, berdiameter lebih kurang 1 cm. Ada juga yang buahnya berwarna merah. Bijinya kecil-kecil, berbentuk lonjong, berwarna hitam. Rimpang lengkuas merupakan rimpang yang besar dan tebal, berdaging, berbentuk silindris, diameter sekitar 2-4 cm, dan bercabang-cabang. Bagian luar berwarna coklat agak kemerahan atau kuning kehijauan pucat, mempunyai sisik-sisik berwarna putih atau kemerahan, keras mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih. Daging rimpang yang sudah tua berserat kasar. Apabila dikeringkan, rimpang berubah menjadi agak kehijauan, dan seratnya menjadi keras dan liat. Rasanya tajam pedas, menggigit, dan berbau harum karena kandungan minyak atsirinya. Lengkuas tumbuh di tempat terbuka, yang mendapat sinar matahari penuh atau yang sedikit terlindung. Lengkuas menyukai tanah yang lembab dan gembur, tetapi tidak suka tanah yang becek. Tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati atau di dalam semak belukar. Tumbuhan ini berasal dari Asia tropika, tetapi tidak begitu jelas dari daerah mana. Ada yang menduga berasal dari Cina, ada juga yang berpendapat berasal dari Bengali. Di Indonesia, mula-mula banyak ditemukan tumbuh di daerah Jawa Tengah, tetapi sekarang sudah di budidayakan di berbagai daerah.
Lengkuas adalah tanaman obat yang mengandung antimikrobial diterpene dan eugenol yang mempunyai aktivitas antifungi. Penggunaan lengkuasAlpinia galanga(L) Swartzsecara empiris sebagai obat antijamur kulit telah diketahui sejak lama(2). Secara tradisional dari sejak zaman dahulu kala, parutan rimpang lengkuas sering digunakan sebagai obat penyakit kulit, terutama yang disebabkan oleh jamur, seperti panu, kurap, eksim, jerawat, koreng, bisul, dan sebagainya. Khasiatnya yang sudah dibuktikan secara ilmiah melalui berbagai penelitian adalah sebagai antijamur. Ekstrak lengkuas bersifat sistemik, mudah diserap akar tanaman dan dibawa seluruh tubuh tanaman sampai masuk ke dalam jaringan daun. Lengkuas merupakan tanaman obat yang bersifat bakterisidal dan fungsidal, yang memiliki kandungan 1% minyak atsiri berwarna kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48 %, sineol 20%-30%, eugenol, kamfer 1 %, seskuiterpen, ä -pinen, galangin, serta sesquiterpene, camphor, galangol, cadinene, dan hydrate hexahydrocadelene(3). Eugenol yang terdapat pada rimpang lengkuas (Alpinia galangal) dikenal memiliki efek sebagai antijamur Candida albicans(4). Salah satu efek obat dari eugenol adalah sebagai antiseptik lokal, sedangkan derivat dari eugenol dapat bekerja sebagai biocide dan antiseptik. Eugenol adalah suatu allyl chain-substituted guaiacol yang bekerja sebagai antiseptik lokal sedangkan derivatnya dapat bekerja sebagai biocide dan antiseptic. Senyawa lain yang juga memiliki efek sebagai antijamur adalah diterpene. Penelitian yang dilakukan oleh Haraguchi dan kawan-kawannya juga menyatakan bahwa senyawa diterpene yang diisolasi dari biji Alpinia galangal dan diidentifikasi sebagai (E)-8 beta,17-epoxylabd-12-ene-15, 16-dial secara sinergis meningkatkan aktivitas antifungi.
Rimpang lengkuas yang masih segar sebanyak 1 kg diparut dan dikeringkan pada suhu 50°C selama 5 hari. Setelah kering, 100 kg parutan rimpang lengkuas diekstrak dalam 500 mL etanol 70% selama 24 jam pada suhu kamar. Setelah disaring, filtrat dievaporasi denganrotary evaporator(40°C, vakum). Setelah kering ekstrak ditambah 10 mL etanol dan 20 mL heksana. Setelah dikocok, lapisan heksana yang mengandung lemak dibuang. Lapisan etanol dikeringkan sampai menjadi kristal. EkstrakKristal etanol sebanyak1 g dilarutkan dalam larutan etanol 1% (1:100; w/v).
Selanjutnya dilakukan uji aktifitas untuk jamur menggunakan ekstrak kristal rimpang lengkuas. Ekstrak kristal etanol 1% rimpang lengkuas dibuat beberapa variasi konsentrasi yaitu 0 (sebagai kontrol), 100, 500, dan 1.000 μL ditambah media CDA yang mengandung 500 ppm kloramfenikol, sampai volume mencapai 10 mL, sehingga konsentrasi ekstrak lengkuas dalam perlakuan adalah 0, 100, 500, dan 1000 mg/L. Suspensi masing-masing jamur (100 μL) yang mengandung jamur108spora/mLdiinokulasi ke media CDA yang mengandung ekstrak rimpang lengkuas. Kultur jamur ditumbuhkan pada suhu 30°C sampai 72 jam. Masing-masing sampel dibuat tiga ulangan. Luas koloni dan biomassa jamur diukur pada umur 48 dan 72 jam inkubasi.
Koloni jamur yang tumbuh di media CDA baik yang berisi ekstrak rimpang lengkuas maupun kontrol dibuat replika dengan kertas yang telah diketahui luas dan beratnya. Luas koloni diperoleh dengan membandingkan berat replika dan berat kertas mula-mula dikali luas mula-mula. Kultur jamur pada media CDA dikerok dan dilarutkan dalam 10 mL air steril, kemudian disentrifugasi pada kecepatan 5.000 rpm selama 5 menit. Endapan yang diperoleh, dikeringkan pada suhu 600C selama 4-5 hari, kemudian ditimbang. Data luas koloni dan biomassa masing-masing species jamur dianalisis dengan anava faktorial. Faktor waktu inkubasi jamur terdiri atas 2 perlakuan, yaitu 48 dan 72 jam. Faktor konsentrasi ekstrak rimpang lengkuas terdiri atas 4 perlakuan, yaitu 0, 100, 500, dan 1000 mg/L.
Hasil Luas koloni jamur (cm2) pada media CDA yang mengandung ekstrak rimpang lengkuas :
Hasil Biomassa (mg) oleh jamur pada media CDA yang mengadung ekstrak rimpang lengkuas :
Diagram alur:
Daftar Pustaka:
1. Sinaga Erna. Alpinia galanga (L.) Willd. [Internet]. c2005. http://www.iptek.apjii.or.id/artikel/ttg_tanaman_o...
2.Darwis, S.N. (1991),Tanaman obat famili Zingiberaceae, Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Jakarta, hal. 8-12
3.Erna S. Pusat Penelitian dan pengembangan Tumbuhan Obat UNAS/P3TO UNAS. Didapat dari URL:http://www.iptek.apjii.or.id/artikel/ttg_tanaman_obat/unas/lengkuas.pdf.
4.Anonymous. Eugenol. Available fromURL:http://en.wikipedia.org/wiki/Eugenol
5.Soesanti, Noor. 2008. Pertumbuhan Jamur Aspergillus spp. Penghasil Aflatoksin dan Fusarium miniliforme
Views: 53663