No | Kategori | Jumlah |
1 | Teknologi Pengolahan Air Bersih | 104 |
2 | Teknologi Pengolahan Air Limbah | 86 |
3 | Teknologi Pengelolaan Air | 7 |
4 | Teknologi Pengelolaan Sampah | 22 |
5 | Teknologi Pemantauan Gas | 12 |
6 | Teknologi Lingkungan | 535 |
7 | Teknologi Informasi dan Komputer | 33 |
8 | Teknologi Penanganan POPs | 15 |
TOTAL | 814 |
# | Judul | Abstrak | Katakunci | Penulis | |
---|---|---|---|---|---|
801 | Teknologi Substitusi Pestisida | Stockholm Convention yang merupakan sebuah kesepakatan internasional memuat sasaran untuk menghilangkan penggunaan bahan kimia organik serta memulihkan media tercemar bahan kimia organik yang dikelompokkan sebagai persistent organic pollutants (POPs). Dalam kesepakatan tersebut, hingga saat ini, terdapat sembilan bahan kimia dari jenis pestisida yang telah diketahui memiliki perilaku sebagai POPs. Penggunaan pestisida POPs pada lahan pertanian telah dibuktikan memasuki jalur jejaring makanan sehingga penggunaanya yang semula untuk membasmi hama pada tanah dan tanaman telah ditemukan pula dalam tubuh manusia misalnya air susu ibu. Hal ini tidak saja menurunkan mutu lahan pertanian untuk produksi tanaman pangan tetapi juga menyimpan sejumlah bahaya kesehatan lingkungan, termasuk manusia, akan keamanan terhadap pestisida. | Teknologi Penanganan POPs (SIPOP) | ||
802 | Pencemaran Senyawa Persistent Organic Pollutant (POPs) di Beberapa Sungai di Indonesia | Survei pemantauan kualitas lingkungan akibat pencemaran residu senyawa yang termasuk dala kelompok Persistent Organic Pollutant (POPs) telah dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2001 di lima lokasi di Indonesia. Lokasi pengambilan sampling ditentukan di sungai yang terletak di Bali, Jakarta-Bogor, Padang, Medan dan Lampung. Jenis sampel yang diambil berupa air dan sedimen serta tanah di sekitar lokasi sungai atau tanah pertanian. Senyawa POPs yang terdapat pada sampel tersebut diekstraksi dengan pelarut organik kemudian dianalisi dengan GCMS setelah dilakukan permurnian ... | Persistent Organic Pollutants, POPs, Pencemaran residu senyawa, | Dewi Ratnaningsih, Netty Widayati, Heni P dan Yusnefi S | |
803 | Persistent Toxic Substances in the Environment of Indonesia | Although Indonesia has been using vast amounts of chemicals for accelerating its economic development as well as for combating various vector borne diseases, the state of knowledge on toxic pollutants in the country is not much understood, due to lack of information, limited ?nancial resources etc. Regional and nationwide monitoring studies indicate that the levels of most studied compounds, including classical organochlorines and butyltins in the environment of Indonesia are generally low when compared to global contamination levels and guideline standards. However, there is also a concern on wildlife and human health due to elevated levels of DDTs (the major contaminants) and tributyltin, particularly in the locations which are close to human activities such as ports and harbors, urban centers and areas of intensive agriculture. There is limited information on temporal trends for most contaminants, however, it was found that DDTs and PCBs exhibited declining levels in Indonesian environment with time. New environmental challenges are also emerging in Indonesia, such as contamination of coastal and terrestrial ecosystems by brominated ?ame retardants (BFRs). Recent investigations on BFRs revealed that PDBEs and HBCDs are widespread in the environment and concentrations may increase in future. Overall, this chapter provides an overview of the levels, occurrences and distributions of PCBs, organochlorine pesticides, BFRs and organotins, and their possible impacts on the environment of Indonesia. | Persistent Organic Pollutans, POPs | Agus Sudaryanto, Shin Takahashi and Shinsuke Tanabe | |
804 | kontaminasi Organoklorin Persisten Dalam Kerang Hijau (Perna Viridis) Di Perairan Indonesia | Senyawa organoklorin (OCs), seperti PCB (polychlorinated biphenyls) dan pestisida organoklorin (DDT= dichloro diphenyl trichloroethane, CHL= chlordane, HCH= hexachlorocyclohexanes, HCB= hexachlorobenzene) ditentukan dalam kerang hijau (Perna viridis) dari berbagai perairan pantai Indonesia untuk mengetahui distribusi dan status kontaminasinya serta kemungkinan sumber pencemarannya. OCs terdeteksi di kerang hijau dari semua lokasi pengambilan sampel, menunjukkan penyebaran penggunaan dan kontaminasinya sepanjang pantai Indonesia. Secara umum, pola akumulasi OCs di kerang menurut urut-urutan sebagai berikut DDT>PCB>CHL>HCH>HCB. Perbandingan secara global, level kontaminasi OCs di perairan pantai Indonesia relatif rendah seperti halnya dikebanyakan negara Asia berkembang lainnya, dimana relatif tidak memperlihatan perhatian yang serius dibanding dengan level yang sama di negara maju. Perkiraan intake harian PCB dan DDT pada orang di Indonesia juga masih jauh lebih rendah dari intake harian yang masih diperbolehkan (ADI). Akan tetapi, perhatian perlu ditujukan pada daerah yang padat kegiatan industri dan populasi penduduknya, seperti Jakarta dan Surabaya pada kemungkinan peningkatan masukan PCB dari aktivitas manusia di kemudian hari. Selanjutnya, kontaminasi pestisida organoklorin, seperti DDT dan HCH ditemukan di lingkungan dan telah mengkontaminasi perairan pantai Indonesia. Karena itu kesinambungan monitoring sangat diperlukan untuk mengetahui kecenderungan peningkatan kandungannya, bersama-sama dengan program untuk mengeliminasi persisten organik polutan ke lingkungan. | Kontaminasi, Organoklorin, Persisten, Kerang Hijau | Agus Sudaryanto, Muswerry Muchtar, Shinsuke Tanabe, Hamidah Razak | |
805 | Kadar Pestisida Organoklorin Dalam Air Dan Sedimen Di Perairan Muara Sungai Digul Dan Arafura, Irian Jaya | Penelitian kadar pestisida organoklorin di perairan muara Sungai Digul dan Arafura, Irian Jaya yang telah dilakukan pada bulan Mei 2001 menggunakan kapal penelitian Baruna Jaya VIII, yang berbobot 1300 DWT. Contoh air diambil pada 9 stasiun dan contoh sedimen 18 stasiun. Kadar pestisida diukur menggunakan alat Kromatografi Gas dengan detektor penangkap elektron dan kolom kapiler WCOT Cp SIL 8 CB. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa kadar pestisida pada kolom air berkisar antara 0,046 - 0,156 ppt, sedang kadar pada sedimen berkisar antara 0,011 - 0,288 ppb (11 - 288 ppt). Hasil tersebut menunjukan bahwa kadar total pestisida organoklorin di perairan muara Sungai Digul dan Arafura dalam air maupun sedimen masih rendah, jauh di bawah baku mutu yang diperbolehkan dalam perairan untuk biota laut yang telah ditetapkan oleh (Anonimous, 1988). | Pestisida, Organoklorin,Air, Sedimen, Muara Sungai Digul, Arafura, irian Jaya | Khozanah Munawir | |
806 | Kadar Pestisida Organoklorin Dalam Air dan Sedimen Di Perairan Estuarin Mamberamo, Irian jaya | Penelitian kadar pestisida organoklorin di perairan estuarin Mamberamo, Irian Jaya telah dilakukan pada bulan Agustus 2003 menggunakan kapal Angkatan Laut milik Lanal Biak. Contoh air diambil pada 15 stasiun yang terdiri dari 9 stasiun saat surut dan 6 stasiun saat pasang, serta contoh sedimen diambil dari 13 stasiun. Kadar pestisida diukur menggunakan alat Kromatografi Gas dengan detektor penangkap elektron dan kolom kapiler WCOT Cp SIL 8 CB. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar pestisida pada kolom air berkisar antara tak terdeteksi (ttd)0,347 x 10-9 mg/l saat surut dan saat pasang berkisar antara ttd-0,304 x 10-9 mg/l, sedang kadar pada sedimen berkisar antara 0,258- 0,844 x 10-6 mg/l. Hasil tersebut menunjukan bahwa kadar total pestisida organoklorin di perairan Sungai Mamberamo dalam air maupun sedimen masih rendah, jauh di bawah baku mutu yang diperbolehkan dalam perairan untuk biota laut yang telah ditetapkan oleh Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup. | Pestisida, Organoklorin, Sedimen, Estuarin Mamberamo, Irian Jaya | Khozanah Munawir | |
807 | Kadar Pestisida Organoklorin Di Perairan Muara Sungai Musi Palembang | Pengamatan kadar pestisida telah dilakukan di perairan muara sungai Musi Palembang pada bulan Juni dan November 1997. Sampel air di ambil di tiga stasiun sedangkan sampel sedimen pada lima stasiun Pengukuran dilakukan dengan alat Kromatografi Gas dengan detektor penangkap elektron. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada kolom air di S.Musi Palembang pada bulan Juni berkisar antara 0,081 - 0,348 ppt dan pada bulan November berkisar 0,341 - 8,792 ppt. Didalam sedimen kadarnya juga diamati. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa kadar total pestisida organoklorin didalam air masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan kadar yang diperbolehkan dalam perairan untuk biota laut seperti yang ditetapkan oleh Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Laut yaitu sebesar 20 ppb | Pestisida, Organoklorin, Muara Sungai, Musi Palembang | Khozanah Munawir | |
808 | Dampak Pestisida Organoklorin Terhadap Kesehatan Manusia dan Lingkungan Serta Penanggulangannya | Pestisida organoklorin merupakan bahan kimia yang digunakan petani untuk membasmi hama, namun disamping manfaatnya yang dapat meningkat hasil pertanian pestisida dapat membahayakan kesehatan dan dapat mencemari lingkungan. Pestisida organoklorin seperti DDT yang sudah dilarang penggunaannya di Indonesia tetapi dari beberapa hasil penelitian masih ditemukan. Untuk menghindari dampak negatif dari penggunaan pestisida, maka perlu adanya peningkatan pengetahuan dan praktik yang benar dalam menggunakan pestisida di lahan pertanian. Disamping itu petani hendaknya menggunakan alat pelindung diri pada waktu menggunakan pestisida serta menerapkan Pengelolaan Hama Terpadu. | Pestisida, organoklorin | MG Catur Yuantari | |
809 | Pemantauan Kadar Pestisida Organoklorin Di Perairan Muara Sungai Siak, Riau | Pemantauan kadar total pestisida organoklorin telah dilakukan di perairan Muara Sungai Siak, Riau pada bulan Juni dan November 1995. Sampel air diambil di tiga (3) stasiun pada saat pasang dan surut, sedangkan sampel sedimen diambil pada enam (6) stasiun. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa pada kolom air saat pasang berkisar antara 0,659 - 11,535 ppt dan saat surut berkisar antara 0,637 - 5,879 ppt. Sedangkan pada lumpur rata-rata pestisida organoklorin berkisar antara 1,478 - 10.757 ppb. Hasil ini masih dibawah Baku Mutu Air Laut yang dikeluarkan oleh Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1988). | Pestisida, Organoklorin, Muara Sungai Siak, Riau | Khozanah Munawir | |
810 | Kadar Pestisida Organoklorin Dalam Air dan Sedimen Di Perairan Sulawesi Utara | Penelitian kadar pestisida organokiorin di perairan Sulawesi Utara dilakukan pada bulan Oktober 2000 dengan menggunakan kapal penelitian Baruna Jaya VIII. Contoh air diambil pada 12 stasiun dan contoh sedimen pada 11 stasiun, Kadar pestisida diukur rnenggunakan alat Krornatografi Gas dengan detektor penangkap elektron dan kolorn kapiler\VCOT Cp SIL 8 CR Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa kadar pestisida pada kolom air berkisar antara 1.315 - 4.935 ppt, sedangkan kadar pada sedimen berkisar antara 3.170 - 50,761 ppb (3170 - 50761 ppl). Hasil tersebut memberi gambaran bahwa kadar total pestisida organoklorin di perairan Sulawesi Utara dalam air masih rendah jauh di bawah baku mutu yang diperbolehkan dalam perairan untuk biota laut yang telah ditetapkan oleh, namun kadar pada sedimen sudah relatif cukup tinggi. | Pestisida, Organoklorin, Sedimen, Air, Sulawesi Utara | Khozanah Munawir | |
811 | Kadar Pestisida Organoklorin Di Perairan Muara Sungai Asahan Tanjung Balai, Sumatera Utara | Pengamatan kadar pestisida organoklorin di perairan muara sungai Asahan Tanjung Balai, Sumatera Utara telah dilakukan tiga kali yaitu bulan Juni, September dan oktober 1999. Contoh air diambil dari 2 stasiun (1 stasiun di sungai, 1 stasiun di muara) pada saat surut terendah dan pasang tertinggi. Contoh sedimen diambil dari 1 stasiun di sungai dan 7 stasiun di muara. Pengambilan contoh air dan sedimen dilakukan 3 kali, yaitu pada bulan Juni, September dan Oktober 1999. Kadar pestisida organoklorin dalam air dan sedimen diukur dengan GC-ECD. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa kadar pestisida dalam air saat pasang berkisar antara 1,365 - 12,240 ppt dan saat surut berkisar antara 0,143 - 13,252 ppt. Sedang pada sedimen berkisar antara 17 - 130694 ppt. Kadar total pestisida dalam Sungai Asahan pada bulan Oktober (11,771-13,252 ppt) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pada bulan Juni (3,110-4,567) dan bulan September (1,365-4,569 ppt). Dari hasil tersebut terlihat bahwa kadar total pestisida organoklorin di perairan muara Sungai Asahan Tanjung Balai, Sumatera Utara dalam air masih rendah di bawah Baku Mutu yang diperbolehkan dalam perairan untuk Biota laut yaitu 20 ppt | Pestisida, Organoklorin, Muara Sungai Asahan, Tanjung Balai, Sumatera Utara | Khozanah Munawir | |
812 | Pemantauan Kadar Pestisida Organoklorin Di Beberapa Muara Sungai Di Perairan Teluk jakarta | Pemantauan kadar total pestisida organoklorin telah dilakukan di beberapa muara sungai perairan Teluk Jakarta pada bulan Juni dan September 2003. Sampel air diambil dari lima belas stasiun dan sampel sedimen dari tiga puluh stasiun. Kadar pestisida organoklorin diukur dengan alat Gas Chromatografi menggunakan detector penangkap electron. dan kolom kapiler WCOT CP SIL- 8CB. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar total Pestisida pada kolom air bulan Juni berkisar antara tidak terdeteksi (ttd) -30,615 ppt (mg/l) dan bulan September berkisar antara ttd -0,365 ppt, sedangkan kadar total pestisida pada sedimen bulan Juni berkisar antara ttd -14,510 ppb (ug/l) dan bulan September berkisar antara ttd -51,126 ppb. Berdasarkan hasil yang diperoleh kadar pestisida yang dijumpai sudah melewati ambang batas yang diperbolehkan untuk kehidupan biota laut seperti yang ditetapkan oleh Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup. | Pestisida, Organoklorin, Muara Sungai, Teluk jakarta | Khozanah Munawir | |
813 | Pestisida Organoklorin Di Perairan Teluk Klabat Pulau bangka | Senyawa pestisida organoklorin merupakan senyawa organik sangat sukar terurai dan di alam racunnya bersifat akumulatif. Penelitian tentang kontaminan pestisida organoklorin di perairan Teluk Klabat telah dilakukan pada bulan Maret dan Juni 2007. Tujuan penelitian untuk mengetahui konsentrasi senyawa pestisida organoklorin dalam air laut dan sedimen, serta hubungannya dengan kualitas air dan biota yang hidup di dalamnya. Pengukuran konsentrasi pestisida organoklorin dilakukan dengan alat kromatografi gas HP 5880 series II, yang dilengkapi dengan detektor penangkap elektron (ECD). Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi pestisida dalam air laut antara 0,329 - 28,513 ppt, dan dalam sedimen berkisar antara 0,096 ? 50,002 ppb. Konsentrasi pestisida dalam air dan sedimen meningkat pada bulan Juni dibandingkan dengan bulan Maret, bahkan dalam air di beberapa stasiun konsentrasi pestisida telah melampaui ambang batas normal untuk kehidupan biota laut. Sebaliknya konsentrasi pestisida total dalam biota lebih tinggi di bulan Maret. Hal ini diduga disebabkan oleh pengaruh musim. | Pestisida organoklorin, Teluk Klabat- Pulau Bangka, kualitas air | Khozanah Munawir | |
814 | PERBANDINGAN KANDUNGAN MERKURI PADA EUCHEUMA SPINOSUM DI PULAU PARI, TELUK JAKARTA DENGAN DI PANTAI PASAURAN, BANTEN, JAWA BARAT | Abstract Aquatic ecosystem of Jakarta Bay has already been contaminated by mercury on the average of 20 ppb due to the increasing number of industries in Jakarta and its surroundings which dispose their wastes to the rivers ended at Jakarta Bay. The average concen¬tration of mercury in sea water at the Jakarta Bay is significantlv different from the concentration of mercury in sea water at Pasauran Beach, Banten, West Java which is still undetectable. The increasing mercury in sea water caused also increasing mercury in Eucheuma spinosum, a kind of algae consumed by many people. Samples of E. spinosum taken from Pulau Pari in Jakarta Bay showed the average of 0,3184 ppm mercury which is significantly different from the samples taken, from Pasauran Beach with an average of 0,0796 ppm mercury. | Mercury; Eucheuma spinosum | I. G. Seregeg, L. Barliana, Sri Soewasti |